-->

Diary Dua Musim: Misteri yang Belum Terpecahkan

Illustrasi by image Princess Meymey

“Kehidupan yang kita lalui adalah teka-teki yang harus ditelusuri maksud dan tujuannya.”

 

Burung-burung bersiul, saling bersahutan dengan suara kokokan ayam. Matahari pagi tanpa pamrih menyinari bumi, menghangatkan dan memberikan vitamin pada tubuh orang yang sedang berlalu-lalang di jalanan untuk memulai aktivitasnya. Sedangkan di dalam kamar Anggrek nomor 12, terlihat kedua orang tua Gea sedang berdiskusi sambil menatap putri mereka yang sedang tertidur.

Hingga pada akhirnya, Gea terbangun dan perlahan membuka mata. Pak Raka dan Bu Tika menghampiri, mengecup kening putrinya seraya berkata, "Selamat pagi putri kecil kami." Tak lupa melemparkan senyum untuk menutupi kekhawatiran mereka.

"Pagi juga, Yah, Bu. Tapi aku kan bukan anak kecil lagi. Kok masih panggil putri kecil, sih?!" ucap Gea mengerutkan dahi dan memajukan bibir seakan sedang ngambek.

Kedua orang tua Gea tersenyum melihat tingkah laku Gea yang masih suka ngambek. Ibu Tika memegang dagu Gea dengan gemas. "Nak, mau kamu nanti sudah memiliki anak sekalipun, orang tua selalu menganggap anaknya itu masih anak-anak," jelas Bu Tika.

"Ya, tapi kan ...." Belum sempat melanjutkan ucapannya yang ingin membantah pernyataan sang ibunda tercinta, ayah Gea memotongnya.

"Tapi kamu menganggap kalau dirimu sudah dewasa dan tidak mau dianggap masih anak-anak, kan?" ujar Pak Raka tersenyum, lalu melanjutkan ucapannya. "Sayang, benar apa kata ibumu. Kelak ketika kamu sudah berkeluarga, baru akan memahami mengapa para orang tua selalu menganggap anak-anaknya tetap anak kecil, layaknya masih belajar jalan, bicara dan lainnya." Ayah Gea menutup pembicaraan dan berpamitan untuk menebus obat Gea.

Saat membalikkan badan, terlihat ada Melisha yang baru datang karena kesibukannya yang tidak bisa ditunda. Melisha adalah salah satu sahabatnya Gea dari kecil dan kini sudah bekerja di salah satu perusahaan ternama yang terletak di kota Jakarta. Kebetulan ketika Gea dirujuk ke salah satu rumah sakit yang ada di Jakarta, Melisha memang hendak berangkat ke Ibukota. Tetapi karena ada pekerjaan yang mendadak, Melisha berpamitan setelah tiga hari menunggu Gea di masa kritis. Pak Raka mempersilakan Melisha masuk.

Saat tengah asyik mengobrol dengan ibunya, senyum Gea terhenti kala melihat Melisha menghampiri. Ibu Gea berpikir bahwa tidak ada satu pun teman-temannya yang peduli. Padahal dalam masa kritisnya, Haris, Mayang, Rini dan Rafi terus berada di rumah sakit dan berdoa untuk kesembuhan Gea. Meskipun hanya tiga hari, Melisha pun orang yang paling merasa terpukul akan apa yang dialami Gea.

Karena saling diam, akhirnya Ibu Tika membuka pembicaraan dengan menjelaskan pada Gea selama mengalami koma dua minggu. Gea terdiam sejenak. Lalu memandang ke arah Melisha dengan tatapan penuh tanda tanya. Sedangkan Ibu Tika dan Melisha saling menatap, karena kemarin ketika Gea sadarkan diri, matanya terbuka tapi semua terlihat gelap. Itu artinya, kemungkinan tensi darah Gea kemarin rendah banget.

"Kamu masih marah sama aku?" tanya Melisha dengan mata berkaca-kaca.

Gea mengembuskan napas, tetapi tidak menjawab pertanyaan Melisha. Tidak lama kemudian, Haris dan teman-teman Gea yang lainnya datang.

"Kamu sudah merasa baikan belum? Dan ayahmu ke mana, Gea?" tanya Mayang.

Melisha menimpali pertanyaan Mayang, "Tadi Pak Raka sedang menebus obatnya Gea, sebentar lagi paling ada suster yang masuk."

Dan benar, dua menit kemudian, suster Nissa datang dengan membawa nampan yang berisi obat dan sarapan untuk Gea. Suster Nissa meletakkannya di atas meja yang ada didekat Gea. Ibu Gea mengucapkan terima kasih. Suster Nissa memberitahu kalau sekitar jam 11 nanti, dokter akan datang untuk memeriksa perkembangan kesehatan Gea. Sebelum meninggalkan ruangan, suster tidak lupa menjelaskan obat yang akan diminum Gea sebelum dan sesudah sarapan. Ibu Gea mengangguk tanda mengerti.

Saat Haris dan Melisha ingin mengambil bubur yang ada dihadapan mereka, Gea langsung ambil sikap. "May, tolong suapin aku, ya!" pinta Gea. Mayang mengangguk dan mulai menyuapi Gea. Tidak lupa memberikan obat sebelum makan.

Sarapan Gea sudah habis, obat setelah makan pun di-berikan kepada Gea. Haris menatap Gea dengan tatapan penasaran. Dia masih penasaran dengan apa yang diucapkan Gea sebelum pingsan dan mengalami koma.

***

Jam dinding menunjukkan pukul sebelas, dokter datang bersama seorang suster untuk memeriksa Gea. Pertama, dokter memeriksa mata Gea karena kemarin sempat tidak melihat apa pun setelah sadarkan diri dari koma. Lalu, dokter meminta suster untuk mengambil sampel darah guna di cek lebih lanjut.

"Gea! Kamu jangan banyak pikiran dulu, ya! Makan dan minum obat yang teratur, serta jangan lupa istirahat yang cukup." Pesan dokter sambil merapikan alat pemeriksaan.

"Baik, Dok! Tapi saya sakit apa, Dok?"

Dokter tidak menjawab pertanyaan Gea, melainkan mengalihkan pandangannya ke suster. "Sudah dapat sampel darahnya, Sus?" tanya dokter.

"Sudah, Dok!"

Sebelum meninggalkan ruangan, dokter kembali berpesan, "Sekarang beristirahatlah! Sudah makan dan minum obat, kan?"

"Sudah, Dok. Tapi ...."

Belum selesai berbicara, dokter langsung mengalihkan pembicaraan. "Oke, besok pagi saya akan memeriksa kembali keadaanmu. Istirahat dulu, Gea. Biar cepat sembuh." Dokter pun berpamitan kepada ibunya Gea dan teman-temannya.

Tak lama kemudian, ayahnya Gea datang. Haris masih bingung, Gea enggan menatapnya padahal Haris sudah berusaha mendekat bahkan sudah dekat; tepat di samping Gea. Pun dengan Melisha. Akan tetapi, ada unek-unek yang dipendam Gea. Haris dan Melisha saling menatap dengan penuh tanda tanya. Sedangkan Gea, sudah berada di alam mimpi.

Teman Gea yang lain pergi untuk mencari makan. Ayah dan Ibu Gea ke musala. Haris dan Melisha masih setia di ruang yang penuh dengan bau obat-obatan itu; menatap Gea dengan rasa bersalah, meskipun tidak begitu yakin apakah yang dipikiran mereka itu yang membuat Gea marah, atau ada hal lain. Entahlah, semua masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.

Sebenarnya, apa yang membuat Gea begitu marah pada Melisha? Lalu, Haris? Apa hubungannya Haris dengan semua ini? Apakah Haris yang bertanggungjawab dengan kondisi Gea saat ini ataukah Melisha?[]

Catatan : Jika ada persamaan baik tokoh maupun isi cerita, mohon maaf karena ini hanya kisah fiktif belaka. Gambar pun hanya sebagai illustrasi pendukung cerita. Terima kasih sudah mampir di situs sederhana Princess Meymey, semoga ceritanya menginspirasi.

Baca cerita sebelumnya di sini.

0 Response to "Diary Dua Musim: Misteri yang Belum Terpecahkan"

Posting Komentar