-->

Cermin Kehidupan

Dok. Pribadi


Tiba-tiba saja air mata menetes. Entah ini air mata kerinduan atau luka. Mencoba bertanya pada hati, namun isak tangis semakin mendera. Pikiran pun semakin tak tearah. Hingga cermin yang sedari tadi mengawasi—memanggil dan memintaku untuk mendekat. Dengan langkah gontai, kudekati cermin itu. Aku tak mengerti apa yang diinginkan, hanya mengikuti perintahnya.

"Siapa aku?" tanyaku pada cermin.

"Coba perhatikan dirimu yang ada dalam diriku. Maka kamu akan menemukan jawabannya."


Napas seakan terhenti ketika melihat diriku yang ada di dalam cermin tersebut. Gerimis bukan berhenti, malah menjadi hujan deras bahkan badai datang tanpa pemberitahuan. Percakapan antara aku dan cermin semakin serius.

"Aku hanyalah manusia tak tahu terima kasih. Padahal Allah telah memberikan banyak hal padaku," ucapku yang masih menangis sesenggukan.

"Jika kamu menyadarinya, lantas mengapa hati dan pikiranmu terkadang tak bersatu?"

Mulut menjadi terkunci. Namun, air mata masih menetes.

"Cobalah buat hati dan pikiranmu berdamai. Tetap berserah diri pada-Nya. Dan renungkanlah segala sesuatunya dengan hati yang damai. Pun pikiran yang tenang."

Kini, aku sadar ....
Adalah kita yang lupa akan kesalahan sendiri karena terlalu sibuk menilai kesalahan orang lain.
Adalah kita yang sibuk mencari kebahagiaan, namun lupa cara bersyukur.
Adalah kita yang tak pandai bersyukur padahal Allah telah banyak memberikan nikmat tanpa diminta sekalipun.
Adalah kita yang menyalahkan takdir, sedangkan Dia sudah banyak membersihkan nama baik kita dengan menutupi aib-aib atau kesalahan yang diperbuat.
Adalah kita yang tak luput dari dosa, tapi Allah selalu memberi kesempatan untuk kita memperbaiki diri.
Adalah kita yang sibuk mencintai makhluk-Nya, sampai lupa Allah-lah yang pantas mendapatkan cinta yang besar.
Adalah kita yang suka menggerutu, menyalahkan orangtua atas satu ketidakadilan yang di dapat, padahal banyak hal yang orangtua kita lakukan hanya untuk membuat anak-anaknya bahagia.
Adalah kita yang lalai akan menjalankan perintah-Nya, namun Dia tetap memberikan nikmat yang kita peroleh di dunia ini, termasuk makan, minum, kemewahan, sahabat, keluarga, panca indera, dan lainnya.
Adalah kita yang lupa membaca Al-Qur'an padahal setiap hari membuka ponsel untuk melihat status-status teman media sosial yang kebanyakan mudharat (tidak ada manfaat) daripada faedah (manfaat) yang bisa kita petik.

Yah, kita adalah seseorang yang lupa akan tujuan hidup sebenarnya. Karena terlalu asyik dengan urusan dunia, jadi lupa akan urusan akhirat. Lalu, masih pantaskan untuk mengeluh? Masih bisakah lalai akan menjalankan perintah-Nya? Jika tubuh telah terbalut oleh kain kafan, apa masih bisa kita kembali memperbaiki kesalahan yang dilakukan? Semua yang ada di dunia ini akan di pertanggungjawabkan di akhirat kelak. Ini bukan sebuah sindiran, sok menasihati orang lain, tapi ini adalah renungan untuk kita semua.

Lampung, 19 November 2017
✍ @irmadewimeilinda

0 Response to "Cermin Kehidupan"

Posting Komentar