[Cermin] Kegilaan Apa Ini?
Rabu, 22 Mei 2019
Add Comment
![]() |
Story Instagram Irma Dewi Meilinda/Princess Meymey |
Kegilaan Apa Ini?
Oleh: Princess Meymey
Angin bertiup sangat kencang, membuat bulu kudu merinding. Suasana di bumi perkemahan semakin sunyi, namun seketika hening. Air mata membanjiri tempat perkemahan, hati terenyuh saat renungan dimulai.
“Hati ini rapuh saat ada yang membicarakan tentang sosok seorang ibu,” ucap Vina dalam hati.
Dari belakang, terdapat tangan seseorang menepuk bahu Vina. “Hei, Vina! Kenapa kamu menangis?” Suara Rere mengagetkan.
“Astaga ...! Rere ...! Kebiasaan buruk kamu tidak bisa hilang, ya!” Vina terlihat kesal dengan Rere karena sudah membuat jantungnya seakan copot.
“Lagian jadi orang kok lemah banget, dikit-dikit nangis. Coba sih strong dikit, walau suasana hati berduka,” ucap Rere menghibur.
Vina dan Rere adalah sahabat sejak kecil. Selama mereka saling kenal, Vina adalah orang yang sangat peka atau suka terbawa perasaan. Sedangkan Rere adalah remaja yang ceria, tidak pernah menunjukkan air mata kepedihan. Vina terlihat panik dan tangan menjadi gemetar.
“Emm ... Rere! You’re my best friend forever,” ucap Vina sambil memeluk erat sahabatnya itu. Tiba-tiba teriakan Vina mengalihkan pandangan semua orang. “Oh my god, Rere ....”
“Ada apa?” tanya seorang pria yang sedari tadi memerhatikan Vina dan Rere.
Vina menoleh, dilihatnya laki-laki sombong yang selalu membuatnya kesal; Vino.
“Kerjaan kamu apa hanya menguping pembicaraan kami!?” Ekpresi wajah Vina yang tadinya panik seketika terlihat kesal karena laki-laki yang duduk di belakangnya.
“Kan aku cuma memantau saja. Lagian kamu kenapa berteriak kepanikan begitu?” ucap Vino yang masih penasaran di balik teriakan Vina.
“Iih, percuma berbicara panjang lebar sama kamu ini! Lihat di sana!” Jari Vina tertuju ke arah anak-anak yang sedang duduk mengelilingi api unggun.
“Astaga ...,” tanpa melanjutkan perkataannya Rere bergegas menuju api unggun.
“Apa kamu mau diam saja di sini? Ayo, ke sana!” ucap Vina. Tanpa sadar, tangannya memegang tangan Vino dengan erat.
Suasana semakin tegang, Rere dan Vina mengangkat salah satu anak yang kehilangan kesadaran—dikhawatirkan terjadi kerasukan karena si anak pingsan. Vino mengamankan suasana dan memastian tidak ada anak yang pingsan karena ketakutan, kedinginan atau lainnya.
***
Di tenda, Rere dan Vina memberikan pengobatan kepada Lela; anak yang pingsan saat acara api unggun masih dilangsungkan.
“Masih tidak sadarkan diri juga,” ucap Vina khawatir.
Rere menggosok-gosok kaki dan tangan Lela dengan minyak kayu putih, sedangkan Vina membiarkan minyak terhirup oleh hidung Lela untuk memancing kesadaran. Suasana di bumi perkemahan masih menegangkan.
Satu menit kemudian, Lela akhirnya terbangun.
“Syukurlah, kamu sudah sadar.” Semua orang mengucap syukur untuk kesadaran Lela. Vina memberikan air mineral kepada Lela.
“Apa kamu sakit? Atau ada yang kamu lihat?” tanya Rere penasaran.
“Tidak, Kak. Aku baik-baik saja,” ucap Lela tersenyum.
“Kalau kamu baik-baik saja, lalu mengapa kamu pingsan tadi?” sergah Vina.
Air mata tak lagi bisa dibendung, Lela menangis memeluk Vina dan Rere. Ternyata saat perenungan dimulai, dia teringat sosok ibu yang selama ini tidak pernah ditemui. Ibunya meninggal sejak dia dilahirkan. Saat renungan inilah yang membuat Lela semakin rindu pada malaikat hatinya. Suasana menegangkan menjadi sedih, semua iba dengan apa yang terjadi pada Lela.
“Hei, ada apa? Lela sedang bersedih mengingat ibunya, tapi bukan berarti kita juga harus terhanyut dalam kesedihannya. Sudahlah! Ayo, kita bersenang-senang!” ucap Rere menghibur.
Lela menghapus air matanya dan berkata, “Benar apa kata Kak Rere, kita di sini kan untuk bersenang-senang dan tujuan utama dalam mengikuti ekskul ini menurutku untuk membentuk pribadi lebih mandiri, kan?” ucap Lela tersenyum.
Suasana menegangkan yang berubah menjadi haru, kini hanya ada canda-tawa. Semua menikmati malam api unggun dengan berbagai macam kegiatan. Ada yang menari, menyanyi dan bermain games, semua nampak bahagia.
***
Di penghujung acara, suara tangis disambut tawa kembali membuat suasana menjadi tegang. Semua panik dan berdiri karena terkejut. Vino mengikuti arah suara itu, ternyata sumber dari suara itu adalah salah satu dari teman mereka yang juga sahabatnya Vino; Farel.
“Entah apa yang dilakukan Farel di sini, sepertinya dia sedang kesurupan,” ucap Vina menganalisa yang terjadi.
“Hussst, jangan berburuk sangka seperti itu,” ucap Rere. “Mungkin dia sedang sedih, kemudian tertawa karena dia pikir—untuk apa bersedih,” lanjutnya.
Keadaan semakin panik, semua orang bingung apa yang terjadi dengan Farel.
“Farel! Ayolah! Jangan bercanda terus,” ucap Vino, cemas.
“Aku tidak akan memaafkanmu,” ucap Farel menangis dan tidak lama kemudian dia tertawa. “Kenapa ini semua harus terjadi,” lanjutnya.
Vina memerhatikan tingkah laku Farel yang tidak seperti biasanya. Perasaan jadi tak menentu, entah apa yang kan terjadi. Dan tiba-tiba saja, semua berteriak.
“Farel ...! Jangan ...!”
Farel mencekik leher Vino dalam keadaan tidak sadar. Vino merasa sesak napas, seakan malaikat pencabut nyawa datang untuk mencabut nyawanya. Vina yang tidak percaya akan semua hal mistis menjadi ketakutan, dia berpikir kalau Farel benar-benar sedang kerasukan.
“Tuh, kan! Benar apa kataku. Dia sedang kerasukan, lebih baik kita bantu dia untuk mengeluarkan ruh jahat yang merasukinya.” Saran Vina.
“Aku tidak percaya, semua ini akan terjadi,” ucap Rere memegang kepalanya.
Vino berusaha untuk melepaskan tangan Farel, namun tangannya begitu erat hingga susah dilepaskan. Semua orang berusaha melepaskan tangan Farel, tapi tak jua terlepas.
Tidak lama kemudian, Farel kembali mengejutkan semua orang. Terdapat pisau di saku celananya, dikeluarkan dan mengarahkannya ke leher Vino. Tegang dan emosi memenuhi acara di penghujung api unggun.
“Hentikan, Farel!” teriak Rere. Rere yang sedari tadi terdiam, hanya menyaksikan apa yang terjadi mulai membuka mulutnya. “Sadarlah Farel, dia adalah sahabatmu. Setan apa yang merasuki dirimu?” Rere ketakutan dan menangis; takut Vino terluka.
Vina menenangkan Rere. Farel meletakkan pisau tersebut, lalu memeluk Vino dan tersenyum. Jantung seakan berhenti sejenak, Farel benar-benar membuat semua orang panik dan takut. Ternyata Farel sedang bersandiwara, dia tidak tahan melihat Vino yang berusaha menyembunyikan perasaan yang selama ini dipendamnya. Dan Rere pun menyadari bahwa dia tidak bisa melihat Vino terluka. Akhirnya suasana menegangkan pun kembali membaik, Rere dan Vino menjalin hubungan. Yah, bisa dibilang cinta lokasi.
***
Bukan hanya kemandirian yang kita dapatkan dalam setiap kegiatan ekskul yang diikuti, tapi juga perlu menilai arti persahabatan dan kebersamaan. Dalam setiap situasi jangan pernah meninggalkan seseorang dalam keadaan apapun, karena kita hidup pasti membutuhkan orang lain untuk meminta pendapat. Dan juga, jangan pernah memendam perasaan atau penyesalan akan terjadi. Buatlah orang terdekatmu bahagia, meski dengan kegilaan yang kamu rencanakan demi membahagiakannya.[]
Lampung, 28 September 2016
Edit aksara by Meymey : 22 Mei 2019
Buku Ekskul : hal 72 - 78
Penulis : Andreas Agil Munarwidya, Princess Meymey, dkk
Editor : Rahmy Madina
Tata Letak : Arial Ratih
Desain Sampul : Rio Suryow
Jumlah Halaman : vi + 207 hal; 13 x 19 cm
ISBN : 978-602-6240-77-4
Penerbit : Hanami
Cetakan pertama, November 2016
Dicetak oleh CV. Harasi
Hak cipta dilindungi undang-undang.
0 Response to "[Cermin] Kegilaan Apa Ini?"
Posting Komentar