Soeprijadi (Pahlawan Indonesia) Sudah Meninggal Dunia
Minggu, 30 Juni 2019
Add Comment
![]() |
Foto Suprijadi (Supriyadi)/Sumber: Google |
Dalam organisasi jelmaan Badan Keamanan Rakyat itu, Soedirman didaulat sebagai panglima besar, sedangkan Oerip menjabat sebagai kepala staf umum. Dalam posisi itulah, sebagaimana cita-citanya, beliau meletakkan dasar organisasi dan teknis militer TKR yang kemudian berkembang menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) seperti sekarang ini.
Perwira yang juga alumni Koninklijke Nederlands Indische Leger (KNIL) ini memang layak disebut sebagai pengayom negara sejati. Pengabdiannya bagi tanah air tidak ada yang meragukan. Gagasan awalnya tentang eksistensi tentara memang semata-mata demi menjaga kedaulatan negara, bukan sebagai alat kekuasaan.
Semula, Soeprijadi (Supriyadi) adalah perwira instruktur yang diangkat Jepang untuk pembentukan tentara-tentara pribumi sebagai kader inti PETA. Beliau ditempatkan di Peleton I Kompi III PETA di Blitar. Menyaksikan kekejaman tentara Jepang terhadap bangsanya, darah muda Soeprijadi mendidih.
Pada tanggal 14 Februari 1945, kebenciannya terhadap penjajah Jepang yang kejam akhirnya meletus menjadi sebuah pemberontakan di Blitar. Kendati bisa dipadamkan dalam waktu singkat, pemberontakan yang dipimpin perwira berpangkat shodancho yang baru berusia 22 tahun ini memakan banyak korban dari pihak bala tentara Jepang. Namun karena kekuatan yang tidak berimbang, anggota PETA yang melakukan perlawanan itu akhirnya dapat ditumpas. Sejumlah anak buah Soeprijadi yang menyerah malah ada yang dihukum mati dan dipenjara.
Setelah kemerdekaan, Bung Karno menyusun kabinet. Beliau pernah memberikan jabatan Menteri Keamanan Rakyat bagi Soeprijadi. Keputusan diambil pada tanggal 6 Oktober 1945. Namun, Soeprijadi tidak kunjung menampakkan diri ketika ditunggu hingga tanggal 30 Oktober 1945. Akhirnya, pemerintah mengalihkan jabatan itu kepada Soedirman yang juga mantan anggota PETA.
Cerita tentang keberadaan Soeprijadi hingga kini masih merupakan mitos. Beliau dinyatakan hilang setelah memimpin pemberontakan PETA terhadap tentara pendudukan Jepang di BIitar, Februari 1945. Pemberontakan yang dipimpin adalah gejolak terbesar sepanjang pemerintahan pendudukan Jepang di Indonesia.
Pengangkatan Soeprijadi adalah tanda penghargaan dan kepercayaan kepada semangat PETA yang patriotismenya patut diteladani. Namun, keberadaan Soeprijadi sendiri sampai saat ini masih diliputi misteri. Karena pada masanya, tidak ada saksi yang melihat langsung beliau dieksekusi.
Seperti yang di lansir pada situs DETIK.COM, pengakuan keluarganya bahwa salah satu tokoh pahlawan ini sudah tiada. Tapi pemerintah Indonesia masih saja membiarkan berita kalau Supriyadi masih menghilang. Sebenarnya, di mana jasad putra Darmadi (anggota PETA angkatan pertama) kala itu jika memang sudah meninggal?
"Kakak saya pejuang sejati. Ketika dia pamit kepada bapak mau berontak, bapak pesan begini. Berani angkat senjata, berarti kamu harus berani mati dalam kondisi apa saja," ujar adik tiri Supriyadi yang bernama Suroto ditemui di Wisma Darmadi Jalan Sudanco Supriyadi Kota Blitar, Rabu (15/8/2018).
Lelaki berusia 79 tahun itu meyakini kakaknya meninggal dalam penanganan khusus pihak Jepang. Walaupun dia dan keluarga besarnya tidak tahu dimana dan kapan Supriyadi dieksekusi. Namun sikap sang bapak yang tidak berusaha mencari tahu keberadaan anaknya, menjadi pegangan keluarga untuk bertahan dalam diam.
"Ketika itu usia saya 9 tahun. Usai pemberontakan bapak saya, Darmadi, juga dibawa Jepang ke Kampetai Kediri. Bapak dipenjara sampai Indonesia merdeka. Setelah itu bapak menjabat sebagai Bupati Blitar. Tapi beliau tetap diam, tidak berusaha mencari anaknya. Beliau hanya bilang, kita punya adat mikul dhuwur mendem jero," ucapnya.
Lalu, mengapa ada yang mengaku bahwa dia adalah Suprijadi? Untuk menutupi kinerja pemerintah, kah? Atau sengaja menyebar berita hoaks demi kepentingan pribadi?
Namun, keluarga Suprijadi membantah akan pengakuan dari berbagai orang (mengaku sebagai Supriyadi). Bagi keluarga, Suprijadi sudah meninggal dunia meskipun jasad dan makamnya sampai saat ini tidak diketahui. Seperti yang dilansir pada situs FaktualNews.co bahwa adanya warga yang mengaku sebagai Shodanco Supriyadi pahlawan pemimpin PETA dari Blitar melawan penjajahan Jepang waktu itu dan kini masih hidup, membuat keluarga Soeprijadi merasa prihatin.
Seorang kakek bernama Waris Yono alias Suyono warga Dusun Gondosari, Desa Tamansari, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember, Jawa Timur mengaku identitas aslinya merupakan Supriyadi. Namun pihak keluarga pun menyangkal pengakuan Suyono itu.
“Supriyadi sudah meninggal pada tahun 1945 lalu dalam pemberontakan PETA di Blitar dahulu,” ujarnya saat ditemui Sabtu (18/8/2018).
Adik Supriyadi yang kini mendiami rumah keluarga di Wisma Darmadi Jl Shodanco Supriyadi Kota Blitar ini mengaku terakhir ketemu Supriyadi di Kabupaten Nganjuk. Saat itu Supriyadi berpamitan dengan bapak mereka Darmadi sebelum berangkat memimpin pasukan PETA melawan Jepang.
“Supriyadi itu orangnya sangat pemberani. Saat pemberontakan itu, dia masih berusia 22 tahun berani melawan penjajahan Jepang. Kakak saya lebih memilih mati bersama teman-temannya,” ujarnya.
Suroto berharap agar pemerintah memperbaiki sejarah yang mengatakan kalau Supriyadi hilang atau mukso.
“Saya harap, pemerintah tidak mengaburkan sejarah. Lalu bagaimana bangsa ini menjadi bangsa yang kuat, kalau sejarahnya di tutup-tutupi. Yang pasti, Supriyadi tewas melawan Jepang. Dia tidak kabur karena bukan seorang pengecut,” pungkasnya.
Baca sejarah lengkapnya di buku 50 Jejak Pahlawan Muslim Indonesia Abad 20 yang ditulis oleh Fathan Nur Muhajir ini berdasarkan sumber-sumber terpercaya. Jangan sampai kita buta sejarah. Mari merawat ingatan, menolak lupa. Order bukunya sekarang juga melalui nomor 085841039319.
0 Response to "Soeprijadi (Pahlawan Indonesia) Sudah Meninggal Dunia"
Posting Komentar