-->

Review Film Mantan Manten (2019)

Foto: Dok/VisinemaPictures
Mantan Manten adalah film Indonesia tahun 2019 yang dibintangi oleh Atiqah Hasiholan dan Arifin Putra sebagai pemeran utama.

Judul : Mantan Manten
Sutradara : Farishad Latjuba
Produser : Anggia Kharisma, Kori Adyaning
Penulis : Farishad Latjuba, Jenny Jusuf
Musik : Windra Benyamin
Perusahaan produksi : Visinema Pictures
Tanggal rilis : 4 April 2019
Negara : Indonesia
Bahasa : Bahasa Indonesia

Pemeran :
Atiqah Hasiholan sebagai Yasnina Putri
Arifin Putra sebagai Surya
Tutie Kirana sebagai Koes Marjanti
Tyo Pakusadewo sebagai Arifin Iskandar
Marthino Lio sebagai Ardy
Oxcel sebagai Salma
Dodit Mulyanto sebagai Darto
Ria Irawan
Arswendi Nasution
Jenny Zhang
Aimee Sarasm

Review Film Mantan Manten
oleh Irma Dewi Meilinda

Film Mantan Manten ini dibuka dengan adegan romantis antara Yasnina, manajer investasi sukses dengan tunangannya yang bernama Surya. Keduanya menjalani hubungan seperti remaja yang baru kali pertama jatuh cinta karena di mabuk asmara. Namun ketenangan hidup Yasnina harus berakhir ketika ia dikhianati oleh Arifin Iskandar (ayah Surya) dalam sebuah kasus di perusahaannya. Dalam sekejap, harta Nina habis.

Begitulah kehidupan, kerja di mana pun pasti ada saja yang ingin menjatuhkan ketika kita berada pada masa kejayaan. Entahlah! Kenapa politik kantor dibalik orang-orang yang merasa dirinya paling suci masih terjadi. Mungkin itu yang terlintas dalam pikiran Nina.

Tak hanya itu, rencana pernikahannya dengan Surya juga berada di ujung tanduk. Ardy—asisten Yasnina—mengingatkan bahwa ia masih memiliki sebuah villa di Tawangmangu yang tidak disita karena belum ganti nama. Villa itu kini menjadi harapan satu-satunya nina untuk bangkit lagi.

Akhirnya Nina memutuskan untuk pergi ke kota kecil—mengambil haknya—agar bisa dimanfaatkan dengan mengembalikan nama baiknya yang tercoreng serta membalaskan dendamnya pada Arifin. Namun untuk mengambil kembali villa tersebut, ia harus menjadi asisten seorang dukun manten bernama Marjanti.

Pertemuannya Nina dengan Marjanti, seorang dukun manten yang menjadi pemilik villa di kota kecil tersebut cukup pelik. Alih-alih langsung menempati villa, Nina kemudian harus berurusan dengan hal-hal yang selama ini dianggapnya biasa. Marjanti tak rela villa yang ditempatinya selama ini harus diberikan kepada Nina begitu saja. Marjanti pun memberikan persyaratan jika Nina ingin menjadi pemilik penuh villa tersebut. Dari sini, Yasnina kemudian melewati hal-hal kecil yang terikat dengan pilihan. Hal-hal kecil yang sebenarnya berarti, tetapi mau tidak mau, suka tidak suka, harus dilepaskan.

Untuk memperkuat emosi penonton, Farishad Latjuba—sutradara—yang namanya belum terlalu populer ini mengemas sedemikian rupa agar twist dalam cerita bisa menarik penonton. Sayangnya, kesalahan produser adalah dari judul yang suguhkan. Ketika penonton membaca judulnya, ada banyak asumsi yang ada dalam pikiran penonton dan bisa menebak (sedikit) ending-nya.

Akan tetapi klimaks dalam alur ceritanya sungguh menyayat hati penonton. Sebuah pembelajaran yang bisa dipetik ketika Nina harus menerima takdir dengan mengikhlaskan orang yang sangat dicintai untuk orang lain. Dan sebelum mengetahui bahwa tunangannya akan dijodohkan oleh orang yang menikam hatinya—Arifin Iskandar—Nina sempat bersemangat membantu Marjanti dalam persiapan pernikahan dari klien yang ternyata adalah calon istri tunangannya.

Bak petir yang menyambar kala sedang tertidur pulas, Nina merasa hatinya ditusuk kembali dari belakang oleh orang kepercayaannya. Marjanti yang sudah seperti ibu sendiri baginya, justru menorehkan luka yang cukup dalam dengan menyembunyikan rencana pernikahan Surya. Padahal, Nina sudah menceritakan semuanya pada wanita yang tak lagi muda tersebut tentang Surya dan bagaimana ayah Surya menikam hatinya.

Karena kecewa yang cukup dalam, Nina memutuskan untuk pergi dari villa tersebut dan meninggalkan Marjanti sendirian. Hari telah berlalu, setelah berkonsultasi dengan Ardy dan memikirkan dengan matang, ditambah didatangi mimpi-mimpi yang membawanya kembali ke villa. Namun sayang, ketika sampai di villa, Nina hanya menemukan jasad Marjanti. Ia pun beteriak dan menyesal telah meninggalkan sosok perempuan yang sudah seperti ibu sendiri baginya.

Arifin yang mendengar kabar bahwa Marjanti telah tiada, langsung melayat dan meminta tolong pada Nina agar mau meneruskan tugas Marjanti. Tapi Nina menolak karena mengingat luka yang diberikan oleh Arifin dan Surya.

Kisah asmara yang cukup pelik karena harus mengurus persiapan orang yang sangat dicintai meski ayah dari laki-laki tersebut sudah memberikan luka yang sangat dalam pada hatinya. Sekali lagi, Ardy yang mampu membuat Nina menjadi perempuan yang begitu kuat dan tegar dalam menghadapi masalah. Ketegaran Nina yang memutuskan melanjutkan tugas Marjanti untuk melaksanakan paes untuk pernikahan Surya, patut diacungi jempol. Salut dengan Nina yang bisa menerima takdir dengan lapang dada. Meski harus kehilangan orang yang sangat dicintai untuk kedua kalinya.

0 Response to "Review Film Mantan Manten (2019)"

Posting Komentar