-->

Tak Sekadar Membaca



Banyak orang yang (katanya) gemar membaca, tapi tidak sedikit yang belum memahami isi dari buku yang dibaca. Ada yang sekadar membaca halaman awal, lalu sudah menyimpulkan dan ganti dengan buku bacaan lainnya. Ada juga yang menyimpulkan cerita hanya dengan melihat sampul dan judulnya, padahal—judul dan sampul untuk buku fiksi bukanlah menjadi patokan sebagai alur cerita. Adapula yang tidak memahami atau membedakan mana blurb dan sinopsis. Banyak hal yang perlu dibahas jika bicara tentang buku.

Pun dengan tulisan. Ada yang ingin menjadi penulis, tapi ia tidak suka membaca karya orang lain. Adapula yang menulis dan ketika tulisannya dikritik karena diksi dan tanda bacanya benar-benar kacau. Tetapi ia merasa bahwa tulisannya sudah bagus. Bahkan, sekelas Bunda Asma Nadia dan Kang Abik yang bukunya sudah best seller bahkan mega best seller (bukunya Kang Abik) pun tidak pernah merasa bahwa mereka sudah pintar dari yang lainnya. Justru ketika aku ikut seminar kepenulisan Bunda Asma Nadia, beliau malah mengajak belajar bersama-sama.

Dan kembali lagi pada topuk permasalahan yaitu gemar membaca. Tidak sedikit orang yang mau mengulas/resensi bacaan yang baru saja dibaca. Kebanyakan yang aku lihat, penulis-penulis yang berbondong-bondong meresensi buku bahkan film, lalu dikirim ke media massa (koran), ditulis di medsos atau bahkan web atau blog mereka masing-masing.

Sebenarnya, tujuan kita membaca itu untuk apa? Hanya sekadar membaca, lalu melupakan isinya kah? Atau bagaimana?

0 Response to "Tak Sekadar Membaca"

Posting Komentar