-->

Resensi Film Sufna (2020)


Film Sufna yang dirilis pada tanggal 14 Februari 2020 di India ini diperankan oleh Ammy Virk, Tania, Jagjeet Sandhu, Balwinder Bullet, Jasmin Bajwa, Sandeep Brar, Rabab Kaur, Seema Kaushal, Lakha Lehri, dan pemeran pendukung lainnya.

Sebuah film drama romansa berbahasa Punjabi India yang disutradarai dan penulis skenarionya adalah Jagdeep Sidhu ini diproduksi oleh Panj Paani Films. Film Sufna mengisahkan cerita seorang pemuda yang jatuh cinta dengan gadis pemetik kapas yang datang ke desanya.

Cerita film ini dibuka dengan penggambaran Teg kecil yang tinggal bersama paman dan istri pamannya yang seakan menjadikannya seorang pembantu. Ibu Teg sudah meninggal dunia, sedangkan ayahnya adalah seorang tentara India, tetapi tidak pernah ada kabar beritanya. Teg selalu berharap ayahnya akan kembali.

Setelah Teg dewasa (Tania), ia diajak bekerja sebagai pemetik kapas di sebuah perkampungan yang jauh dari rumah. Mereka akan bekerja selama tiga bulan.

Tiba di desa tujuan, ada seorang pemuda bernama Jeet (Ammy Virk) yang hidup tanpa pekerjaan dan cita-cita yang jelas, ia naksir pada Teg. Ayah Jeet diketahui bunuh diri karena tak mampu membayar utang.


Jeet sangat terpesona dengan kecantikan Teg ketika kali pertama melihatnya. Berbagai upaya dilakukan untuk berkenalan, termasuk membantu pekerjaan di kebun kapas. Diselingi komedi yang cukup membuat senam wajah, serta lagu dan musik yang mempertajam karakter film romantis India, Sufna membuat para penikmat film percintaan betah mengikuti alur ceritanya.

Walau harus bersaing dengan temannya sendiri, anak dari pemilik kebun kapas yang kaya, Jeet berhasil merebut hati Teg. Ketika musim panen kapas berakhir, Teg meminta Jeet melanjutnya sekolahnya agar kelak mendapat pekerjaan bagus dan mampu menebus tanah ayahnya yang tergadai.

Setelah tiga bulan kemudian, ketika musim panen kapas kembali tiba, Jeet tak ada di desa itu. Kesedihan dan kemurungan melanda Teg, tapi cuaca mendung seketika cerah kembali ketika Teg mengetahui Jeet melanjutkan kuliah dan tinggal di asrama kampus.

Mendapat kabar dari temannya bahwa Teg selalu berdoa dan merindukannya, Jeet pulang kembali ke desa. Saat bertemu setelah sekian lama, Teg berpesan agar Jeet menyelesaikan pendidikannya dan segera mendapatkan pekerjaan yang bagus.

Hubungan Teg dan Jeet semakin dekat dan lebih dalam. Momen terbaik saat Jeet membelikan Teg telepon agar mereka bisa terus berkomunikasi saat Jeet kembali ke kampus. Hubungan dua insan ini semakin ke arah yang lebih serius. Hanya saja, Teg dijodohkan setelah bibinya menerima bayaran yang tinggi dari orang tua pria yang melamarnya. Teg pun bertunangan dengan terpaksa karena tidak ingin bibinya marah. Terlebih, ia sangat berhutang budi pada paman dan bibinya karena telah merawat usai kepergian kedua orang tuanya.

Badai seakan datang dalam hidup Jeet ketika ia ke desa Teg dan mendapat kabar pertunangan gadis impiannya. Teg memberitahu dengan nada gembira dan berpura-pura bahagia atas pertunangannya. Teg berusaha menahan air mata agar tidak tumpah dan mengatakan, "cinta tidaklah perlu bagi orang miskin sepertinya."

Kemudian Teg meninggalkan Jeet di danau; meninggalkan luka di hati Jeet. Tidak lama, seketika air mata merebak dan membuat penonton akan ikut berurai air mata. Termasuk aku yang menonton.

Cerita semakin miris ketika mengetahui bahwa tunangan Teg ternyata bagaikan mimpi buruk; tunangannya Teg sangat ringan tangan dan kejam.

Akankah kisah film Sufna ini berakhir dalam kesedihan Jeet dan Teg? Atau pada akhirnya dipertemukan dalam hubungan rumah tangga?

Salah satu kata-kata bijak yang aku suka dari film ini adalah ketika Jeet dan kedua temannya bertemu seorang laki-laki paruh baya.


"Dunia ini ibarat pasar malam dan kamu tidak dapat apa pun darinya. Mantramu tidak akan memberikanmu cinta sejati."

Seperti pepatah:
"Bukan racun yang kau minum, meski mengetahuinya. Bukan cinta namanya, jika kau berpikir sebelum melakukannya. Berikan hatimu dan cari kerelaan hatinya. Bukanlah cinta jika kau serakah."
Realita dalam hidup memang tak seindah kisah novel atau film, tapi film Sufna ini membuat aku semakin berpikir dewasa tentang sebuah hubungan; baik pasangan, keluarga, maupun terhadap orang lain. Hubungan yang dihadapkan sebuah pilihan rumit.

Lampung, 13 Juli 2020
Irma Dewi Meilinda

0 Response to "Resensi Film Sufna (2020)"

Posting Komentar