-->

Resensi Film Gangubai Kathiawadi


Gangubai Kathiawadi adalah sebuah film biografi India tahun 2022 yang disutradarai oleh Sanjay Leela Bhansali. Film yang diproduksi oleh Jayantilal Gada dan Sanjay Leela Bhansali ini dibintangi oleh Alia Bhatt sebagai karakter utama. Sementara Shantanu Maheshwari, Vijay Raaz, Indira Tiwari, dan Seema Pahwa berperan penting peran dengan Ajay Devgn ditampilkan dalam penampilan cameo yang diperpanjang. Narasi berjalan melalui kehidupan Gangga muda yang dalam waktu singkat menandai wilayahnya sendiri dan hingga menjadi Gangubai—seorang nyonya di area lampu merah Kamathipura.

Film ini diangkat dari kisah nyata seseorang bernama Gangubai Harjivandas, yang dikenal sebagai Gangubai Kothewali, di mana kisah hidupnya didokumentasikan ke dalam buku Mafia Queens of Mumbai yang ditulis oleh S. Husain Zaidi; di mana Sanjay Leela Bhansali dan Utkarshini Vashishtha sebagai penulis skenarionya. Film berdurasi 154 menit ini menggambarkan kebangkitan seorang gadis sederhana dari Kathiawad yang tidak punya pilihan selain merangkul jalan takdir dan mengayunkan sesuai keinginannya.

Gangubai Kathiawadi tayang perdana di Festival Film Internasional Berlin ke-72 pada 16 Februari 2022 dan dirilis di bioskop pada 25 Februari 2022.

Sinopsis

Lahir dari keluarga kaya di Kathiawad, Ganga Harjivandas (Alia Bhatt) bercita-cita menjadi aktris Bollywood. Pada usia 16 tahun, dia jatuh cinta pada Ramnik Lal (Varun Kapoor) yang mana merupakan akuntan ayahnya. Mereka memutuskan kawin lari ke Mumbai dan menikah. Namun, seluruh hidupnya terbalik ketika Ramnik menjualnya ke rumah bordil di Kamathipura seharga (Rs. 500), di mana Ganga dengan terpaksa harus memulai prostitusi. Pada hari itu juga, Ganga benar-benar kecewa dengan Ramnik. Tidak percaya bahwa nasib buruk akan menimpanya. Seorang anak terhormat menjadi ternodai karena melakukan kesalahan dengan ikut bersama kekasihnya.

Suatu hari, pertama kalinya Ganga mendapatkan seorang pelanggan. Dia dengan terpaksa melayani lelaki itu untuk memuaskan nafsu berahinya. Pada saat itulah Ganga Harjivandas mengubah namanya menjadi Gangubai Kathiawadi. Dia pun berteman baik dengan Kamli (Indira Tiwari), yang juga menjadi tahanan di rumah bordil tersebut.

Singkat cerita, perempuan malang ini akhirnya menjadi nyonya Gangubai Kathiawadi setelah kematian nyonya Sheela (Seema Pahwa). Kamli dan perempuan-perempuan yang ada di rumah bordil Kamathipura itu pun memberikan hadiah pakaian serba putih dan meminta Gangu agar tidak pernah lagi melayani tamu-tamu yang datang.

Hingga pada akhirnya Gangu bertemu dengan lelaki bernama Afsaan (Shantanu Maheshwari); seorang penjahit di lingkungan tempat tinggalnya. Terjadilah kisah hubungan asmara antara keduanya, tetapi Gangu tidak bisa bersama Afsaan meskipun dia sangat mencintai lelaki tersebut. Diputuskanlah untuk menjodohkan salah satu anak hasil dari prostitusi demi menyelamatkan masa depan si anak yang harus menanggung nasib buruk ibunya. Afsaan pun akhirnya menikah dengan gadis pilihan Gangu meskipun terpaksa.


Demi pertumbuhan ekonomi dan menyelamatkan nasib perempuan-perempuan yang tinggal di rumah bordil Kamathipura, Gangu akhirnya memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai presiden dan memenangkannya. Sebelum itu, Don Rahim Lala (Ajay Devgn) telah menjadi saudara angkat Gangu setelah memukuli seorang pria dari rombongan Rahim yang pernah memperkosa Gangu dan bertindak sesuka hati dengan melukai tubuh Gangu. Rahim adalah seorang lelaki muslim yang mengadvokasi hak-hak perempuan dan kesetaraan hak untuk pekerja seks.

Alur cerita tidak berhenti sampai di sini saja, Gangu dipertemukan dengan seorang jurnalis bernama Amin Faizi (Jim Sarbh) pada saat ekonomi para pekerja seks di rumah bordil yang dipimpin oleh Gangu terancam tutup selamanya karena ada protes dari salah seorang tenaga pendidik, di mana ternyata ada sekolah anak yang sudah berdiri tepat di belakang gedung rumah bordil tersebut.

Saat itulah, nama Gangu lebih dikenal oleh masyarakat. Hingga Gangu dipertemukan dengan tokoh-tokoh yang berpengaruh untuk menyelamatkan hidup masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya, khususnya para pekerja seks dan anak-anak hasil prostitusi di rumah bordil itu. Kehidupan Gangu dan masyarakat di sana pun akhirnya menjadi lebih baik setelah perjuangan yang diupayakan oleh Gangu.

Resensi

Film Gangubai Kathiawadi ini mengangkat kisah nyata yang mana sampai sekarang perdagangan manusia (dalam konteks perempuan pekerja seksual) sudah tidak tabu lagi di kalangan masyarakat. Hal inilah yang menjadi pusat perhatian semua pihak untuk bijak dalam menyikapinya. Belum lagi, isu politik yang diambil sangat berani karena itulah faktanya. Di mana seseorang akan melakukan cara apa pun demi mencapai tujuannya.

Saya tidak ingin mengkritik bagaimana cara pengambilan gambar atau hal lain yang mendasari kesuksesan film ini dalam memperoleh penghasilan sebesar ₹10,50 crore di box office domestik pada hari pembukaannya. Di sini saya ingin membahas tentang prostitusi di kalangan masayarakat yang dianggap sebagai jalan satu-satunya untuk mendapatkan uang ketika tidak ada lagi pilihan dalam hidupnya.

Saya tidak merekomendasikan film ini ditonton orang lain karena tidak ingin membenarkan kegiatan yang terlarang dalam agama apa pun. Bagaimanapun seorang perempuan memberikan alasan, bertahan hidup dengan pekerjaan tersebut, itu tidaklah benar. Memang sih, saat menghadapi musim paceklik, banyak yang merasa putus asa untuk memenuhi kebutuhan hidup; bahkan ada yang sampai banting setir karena pendapatan yang tidak seperti biasa didapatkan, hingga akhirnya menempuh jalur berbeda (konotasi negatif). Namun, tidak sedikit pula yang berusaha untuk terus maju dalam pekerjaan halal yang sudah dijalani atau menekuni hal lain untuk mendapat uang tambahan.

Di luar dari sisi negatif yang ada pada film ini, ada beberapa nilai positif yang bisa kita ambil yaitu Gangu yang rela menukar kebahagiaannya demi membahagiakan orang lain dan mempertaruhkan seluruh hidupnya untuk menyejahterakan masyarakat. Sebagaimana narasi yang ada pada akhir film.

Selama Nyonya Gangu masih hidup, taman mawar hitam tumbuh subur. Nyonya Gangu bukanlah orang suci, tetapi dia juga bukan iblis. Orang seperti Gangu tidak akan disebutkan dalam sejarah, tetapi jalur ini mempunyai cara dari mengingat sejarah dan memberitahu kita, selama Nyonya Gangu masih hidup, tidak seorang pun wanita di Kamathipura menjadi tunawisma.

Saree putih, gigi emas, dan seorang wanita berhati emas; dialah Nyonya Gangu Jagjeevandas Kathiawadi. Seorang wanita yang mencoba melegalkan prostitusi; memberi wanita martabat pada tempat yang tidak bermartabat, dan mengajari mereka untuk bernapas dengan bebas dalam kandang yang menyesakkan.

Warna syukur dan perayaan hari yang putih; Gangu putih. Beberapa orang memanggilnya Ratu Mafia, sementara yang lain memanggilnya saudari. Teman bagi seseorang dan ibu bagi beberapa orang.

Poster bintang film datang silih berganti setiap hari Jumat, tetapi Nyonya Gangu adalah satu-satunya dari bintang itu yang fotonya tetap ada di dinding Kamathipura selama 50 tahun terakhir.

Nasibnya dipenuhi dengan kesedihan, tetapi dia tersenyum sepanjang hidupnya. Ingin menjadi bintang film, tetapi hidupnya dimainkan seperti film besar.
Fyi:
Aku tidak setuju kegiatan prostitusi dilegalkan, hanya melihat dari sudut pandang berbeda saja pada film ini.

Lampung, 21 Juni 2022
Irma Dewi Meilinda

0 Response to "Resensi Film Gangubai Kathiawadi"

Posting Komentar