-->

Novel Catatan Mahasiswa Akhir



"Ya Allah. Ya Rahmaan. Ya Rahiim. Sakit banget ...!" Alifa meringis kesakitan, seakan-akan tubuhnya dirasuki oleh rasa sakit yang tak terhentikan. Seperti belati tajam yang menusuk ke dalam, kesakitan itu merayap ke setiap serat tubuhnya, memenuhi ruang kosong dalam dirinya. Alifa memegang beberapa bagian yang terasa sakit, mencoba menahan gejolak yang tak terelakkan.

Dalam keadaan yang rapuh, Alifa memohon dengan suara lemah kepada Sang Maha Penyembuh. Ia memohon kekuatan dan keberanian untuk melalui cobaan yang melanda dirinya. Ia berharap agar esok pagi, dengan kuliah yang menantang, ia tak kekurangan istirahat yang begitu penting. Alifa mengunci matanya, mencoba memejamkan mata dalam upaya merehatkan diri, meski sakit terus menghujam tubuhnya seperti rintik hujan yang tak pernah berhenti.

Dalam kegelapan yang melingkupinya, Alifa terpaksa memejamkan mata, tetapi tak bisa menyembunyikan rasa sakit yang masih menghujam dalam tubuhnya. Ia terombang-ambing dalam lautan kepedihan, berharap akan ada waktu yang cukup untuk mengobati lukanya yang semakin dalam. Alifa, seperti pahlawan yang terpaksa beristirahat sejenak di medan perang, tahu bahwa rehat adalah kebutuhan yang tak dapat diabaikan, kendati dalam situasi yang penuh dengan penderitaan.

Alifa mengingat masa SMA, saat-saat di mana tubuhnya seperti menyerah untuk hidup lebih lama. Alifa sering pingsan, ia jatuh tanpa daya dan tak sadarkan diri, hanya untuk bangun di ruang yang dingin dengan bau antiseptik yang menyengat. Jarum suntik dan tabung oksigen menjadi teman setianya, membantu menjaga napasnya yang terengah-engah.

Dalam kenangan itu, Alifa berharap dengan segenap hati, seperti bintang jatuh yang memohon pada langit, agar tak lagi perlu berhadapan dengan jarum suntik yang menusuk kulitnya atau tabung oksigen yang membantunya bernapas. Ia ingin terbebas dari belenggu rumah sakit dan menjadi manusia yang sehat, tanpa batasan dan ketergantungan.

Namun, di balik harapannya yang terpendam, Alifa tahu bahwa takdir telah mengukir jalannya dengan penuh tantangan. Tubuhnya yang melemah dan rapuh mungkin adalah ujian yang tak dapat dihindari. Meski ia berharap dengan segenap kekuatannya, ia juga menyadari bahwa hidup tak selalu mengikuti keinginan manusia.

Dalam setiap detak jantungnya, Alifa bertekad untuk terus melangkah. Ia menerjang badai dan melawan angin kencang yang terus berembus. Alifa memperkuat harapannya, seperti api kecil yang terus berkobar di tengah malam yang kelam.

Ia melangkah maju dengan keyakinan yang teguh, menuntunnya melalui lorong-lorong kegelapan. Alifa tahu bahwa meski keinginannya mungkin tidak terpenuhi, ada kekuatan dan ketabahan dalam dirinya yang tak tergoyahkan. Ia berharap, dalam setiap hembusan napasnya, akan muncul keajaiban yang dapat meringankan beban yang dipikul.

Alifa terus bertekad untuk melanjutkan perjalanan hidupnya dengan penuh keberanian. Ia berharap, di antara kabut kesakitan dan penderitaan, ada cahaya yang akan menuntunnya menuju kehidupan yang lebih baik, di mana ia tak lagi harus berhadapan dengan jarum suntik atau tabung oksigen yang menyertainya selama ini.

Silakan klik tautan di bawah ini untuk membaca ceritanya

0 Response to "Novel Catatan Mahasiswa Akhir"

Posting Komentar