-->

Tutur Batin Perempuan Malang


Dalam kelamnya senja yang meranggas, perempuan itu berada dalam labirin kebingungan dan penderitaan. Seperti kapal yang kehilangan kompas di lautan yang tak berujung, ia terombang-ambing dalam arus ketidakpastian. Luka-luka batinnya yang telah tersemat sejak kecil, kini semakin dalam; memperpanjang bayang-bayang kegelapan yang menghantuinya.

Dalam kebisuan malam, di tepi jalan kehidupan yang berliku, ia berdiri sendirian. Tidak pernah terbersit di benaknya bahwa cinta yang dijalin dengan laki-laki itu adalah benang tipis yang menautkan dua agama yang berbeda. Seolah-olah ia telah berjalan di atas awan tanpa menyadari betapa rapuhnya keseimbangan yang dijunjungnya.

Ketika kabar yang memilukan itu menghampirinya, ia terguncang. Rasa takut dan kebingungan menyergap hatinya, membuatnya terluka dan hancur. Ternyata, tembok yang seolah-olah mengapitnya selama ini adalah tembok yang menyembunyikan perbedaan-perbedaan tak terlihat di antara mereka. Ketika tembok itu runtuh, ia terlalu lemah untuk bertahan.

Dengan suara yang penuh kelembutan, tapi penuh duka, ia mengucapkan kata-kata yang keluar dari lubuk hatinya yang terluka, mengalir seperti sungai air mata yang tak terbendung. Saat ia terisak dan matanya tertutup rapat oleh tangisan, tubuhnya terkulai lemas, tak berdaya. Ia menyerah pada beban penderitaan yang melingkupinya, hingga akhirnya kehilangan kesadaran dalam gelapnya luka yang semakin merajalela.

Nasib yang menghimpitnya seperti tak pernah berhenti. Bagai duri yang menusuk-nusuk, ia merasakan pedihnya setiap hembusan napas yang sesak. Ia yang dulu begitu percaya dengan cinta dan keyakinannya, kini terjebak dalam siksaan kehilangan. Kompas yang selama ini menuntunnya, kini telah hilang entah ke mana, membuatnya terombang-ambing tanpa arah.

Namun, dalam kegelapan yang mendalam, masih ada sinar kehangatan yang tersisa. Ada sosok seorang kakak sebagai pilar yang tegar, menjadi rumah bagi perempuan itu. Ia adalah benteng yang menjaga perempuan itu dari terjangan badai kehidupan yang tak henti mengguncang. Meskipun kompasnya hilang, ia memiliki tempat yang bisa dijadikan pijakan. Meski dalam ketidakmampuan untuk percaya lagi, kakaknya tetap menjadi sandaran yang teguh.

Dengan luka-luka yang masih terbuka dan kebingungan yang memenuhi pikirannya, perempuan itu mencari jalan untuk kembali. Ia berusaha menyembuhkan luka batinnya yang begitu dalam, memunguti pecahan-pcahan harapannya yang hancur. Namun, setiap langkahnya terasa berat, setiap pilihan menjadi perdebatan yang menyiksa. Kompas dalam dirinya telah tercabik-cabik dan ia harus menemukan arah baru untuk melangkah.

Takdirnya yang tak pernah lelah menghujani bermacam kesedihan telah mengubahnya. Ia tidak lagi mudah percaya kepada siapa pun, termasuk dirinya sendiri. Dalam keping-keping luka yang tergores dalam hatinya, ia merasakan nyeri yang tak tertahankan. Dalam kehampaan yang mengitari dirinya, ia meraba-raba dalam kegelapan, mencari jalan yang tak jelas.

Baginya, masa depan terasa seperti kabut yang menyelimutinya. Tidak ada lagi titik terang yang mengarahkan langkahnya. Ia terombang-ambing dalam samudra ketidakpastian, tak tahu ke mana arah tujuan hidupnya. Namun, walaupun ia terluka dan terhuyung-huyung, api kehendaknya yang masih membara di dalam dirinya mempertahankan keinginannya untuk bangkit dan menemukan kembali jati dirinya yang telah hilang di tengah kegelapan yang menghantamnya.


Silakan klik link berikut untuk membaca ceritanya dan jangan lupa unduh aplikasi @noveltoon_ind di playstore.

0 Response to "Tutur Batin Perempuan Malang"

Posting Komentar