-->

Review Film "Komang"

Sinopsis

Film Komang mengisahkan perjalanan cinta seorang pemuda bernama Raim Laode (diperankan oleh Kiesha Alvaro), yang berasal dari Buton, Sulawesi Tenggara. Ia jatuh cinta pada seorang perempuan bernama Komang Ade (diperankan oleh Aurora Ribero), yang berasal dari Bali. Hubungan mereka awalnya berjalan mulus penuh kebahagiaan, seolah dunia hanya milik mereka berdua. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka harus menghadapi berbagai tantangan yang menguji kekuatan cinta mereka.

Salah satu tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah perbedaan keyakinan yang menjadi penghalang dalam hubungan mereka. Tekanan dari lingkungan sekitar semakin bertambah, dengan banyak yang meragukan kelangsungan hubungan Raim dan Ade—yang menganggap hubungan mereka tampak mustahil untuk bertahan.

Meskipun berbagai rintangan menghadang, Raim tetap memiliki tekad yang kuat untuk membuktikan cintanya. Ia memutuskan untuk merantau ke Jakarta dalam upaya mengejar impiannya di dunia hiburan dan membangun karier dari nol. Hidup di ibu kota tidaklah mudah, tetapi dengan kerja keras dan ketekunan, Raim mampu menghadapi kerasnya kehidupan dan mulai dikenal berkat kemampuannya dalam stand up comedy dan suara unik yang dimilikinya.

Di tengah kesibukan kariernya di Jakarta, Raim tidak melupakan cinta kepada Ade, yang tetap menjadi prioritas utamanya. Namun, cobaan kembali datang ketika Ibu Ade (diperankan oleh Ayu Laksmi) tidak merestui hubungan mereka dan telah menerima lamaran pria lain yang seiman untuk Ade. Kisah dalam film ini menggambarkan pentingnya ketulusan dan usaha dalam memperjuangkan cinta, serta bagaimana setiap tantangan dapat dilalui dengan niat dan kerja keras.

Review Film

Film yang dirilis tanggal 31 Maret 2025 di Indonesia dengan durasi 107 menit—disutradarai oleh Naya Anindita dan diproduseri oleh Chand Parwez Servia, Riza dan Mithu Nisar ini mengangkan kisah nyata dari seorang penyanyi bernama Raim Laode. Judul lagu yang sama dengan filmnya yakni Komang adalah mengisahkan bagaimana perjuangan cinta Raim untuk memiliki gadis yang dicintainya. Tentu film ini sebelumnya sudah dikemas dengan alur yang lebih romantis berbalut komedi oleh penulis skenario, Evelyn Afnilia. Sehingga filmnya semakin menarik perhatian penonton.

Awalnya, film ini sukses bikin tertawa. Alurnya ringan, dibumbui humor yang pas, bikin hati hangat. Tapi saat memasuki pertengahan, suasana berubah drastis. Air mataku jatuh tanpa bisa ditahan ketika Raim mendapat kabar duka: ayahnya meninggal dunia. Tepat saat dia sedang berjuang meniti karier di dunia musik—sebuah pencapaian yang ingin ia persembahkan untuk keluarganya.

Momen itu menghantamku. Aku langsung teringat ayah di rumah. Ketakutan terbesar dalam hidupku adalah kehilangan orang tua. Cepat atau lambat, kabar itu pasti datang. Atau mungkin justru aku yang lebih dulu berpulang. Setelah kehilangan banyak orang terkasih, termasuk nenek dari pihak ayah yang sangat dekat denganku—bahkan lebih tahu isi hatiku daripada orang tuaku sendiri—rasa hampa itu kembali muncul. Dunia terasa gelap dan sunyi.

Ditambah lagi, kehadiran akting Cut Mini Theo, Arie Kriting, dan Mathias Muchus benar-benar membuat cerita semakin hidup. Komedi yang mereka bawa terasa alami, menyatu sempurna dengan emosi dalam cerita. Latar musik yang menampilkan lagu-lagu dari Raim Laode juga jadi penguat suasana—lirih, dalam, dan menyentuh, terutama pada momen-momen cinta dan kehilangan.

Film Komang ini bukan hanya soal cinta yang akhirnya bersatu karena takdir, tapi juga tentang keluarga: tentang pelukan yang menyembuhkan, tentang kehilangan yang mematangkan, dan tentang cinta yang tetap tinggal meski orangnya telah tiada.

Filmnya benar-benar menyentuh hati dan membuka mata tentang arti keluarga, kehilangan, dan cinta yang sederhana tetapi dalam. Buat kamu yang sedang merindukan rumah, orang tua, atau sekadar ingin menonton kisah yang hangat dan jujur, film ini wajib banget ditonton. Disajikan dengan porsi emosi yang pas, dibalut komedi ringan, dan musik yang menyayat, film ini bukan hanya hiburan—tapi pengalaman batin.

0 Response to "Review Film "Komang""

Posting Komentar