RINDU MER(D)EKA
Selasa, 23 April 2019
Add Comment
Dik, siang ini kita rehat sejenak, melepas penat dan sesak di dada. Akan kembali kuceritakan tentang kekacauan yang diciptakan dalam negeri tercinta ini. Bagaimana orang-orang haus akan jabatan demi merebut kekuasaan.
Dik, mari kita duduk sebentar, menikmati teh hangat dan roti cokelat agar kuat menghadapi kenyataan hidup. Kau perlu tahu bahwa hidup ini penuh kekejaman dan kekejian. Pun perlu tahu bahwa yang patut kita acungi jempol adalah mereka yang diam meski dihina, tak meninggi meski nama terus dielu-elukan.
Dik, betapa kerasnya dunia ini yang membuat napas terus berlari bahkan berhenti sejenak. Kelak, ketika kau tumbuh remaja, akan tahu bagaimana konflik hidup yang dulunya kami (para orang tua) alami.
Dik, selama napas masih berkibar, selama itu pula kita wajib menjalankan apa yang seharusnya. Jangan pernah salah dalam melakukan perjalananmu atau nanti kau akan tersesat. Jika nanti menemukan jalan buntu, tidak perlu merasa sendiri atau frustasi karena merasa tidak bisa kembali pada jalan yang kau tuju. Coba memilih putar arah sebentar, tapi jangan lewati jalan yang sekiranya akan lebih menyesatkanmu.
Dik, sejak lama aku ingin menceritakan kekacauan yang ada dalam negeri ini. Tapi nyali terlalu ciut untuk terang-terangan membahas tentang ambisi orang-orang yang merasa lebih berkuasa. Apalah kita yang hanya rakyat kecil, terkadang ditindas bahkan dikucilkan. Padahal, butuh dihargai bukan diberi tepuk tangan, lalu dilupakan.
Dik, jika boleh terus terang, aku lebih menyukai diberi pekerjaan tanpa gaji, daripada digaji tapi tidak ada pekerjaan yang dilakukan. Bukankah di dunia ini kita butuh keberkahan agar bisa menyelamatkan diri di akhirat kelak? Bukankah ridho Allah dalam setiap aktivitas yang dilakukan sangat penting daripada harus memakan uang hasil gaji buta?
Dik, tidak ingin menjadi orang munafik kalau hidup memang membutuhkan uang. Tapi uang juga membuat diri menjadi binasa jika terlalu menikmati tanpa melihat sisi baik. Kenapa begitu? Baiklah, sedikit kujelaskan tentang istidraj. Istidraj adalah kesenangan dan nikmat yang Allah berikan kepada orang yang jauh dari-Nya yang sebenarnya itu menjadi azab baginya, apakah dia bertaubat atau semakin jauh. Mengerikan, bukan? Selengkapnya bisa kaubaca dalam al qur'an dan hadits tentang nikmat rejeki tersebut.
Kembali lagi pada pembahasan negeri, tikus berdasi masih merajalela dan bersembunyi di balik topeng. Jika ingin ditelusuri lebih teliti, pasti banyak yang masuk bui. Lalu, mengapa mereka masih leluasa bernapas lega di luar sana? Begitulah dunia, Dik; kejam dan penuh kerancuan! Mungkin saja ada yang tidak menyukai fakta yang telah kuceritakan ini, karena merasa dirinya tidak aman. Ada pula yang ketakutan, lalu bertaubat. Semua tergantung individu masing-masing dalam menerima kebenaran.
Dik, banyak hal yang sebenarnya ingin kuceritakan tentang apa yang terjadi dalam negeri kita ini. Tapi apalah dayaku, hanya rakyat kecil yang tidak berharap dikasihani. Hanya berharap, Indonesia menjadi merdeka kembali. Merdeka dalam konteks yang sebenarnya, bukan merdeka tapi masih dijajah oleh oknum-oknum yang hanya mementingkan diri sendiri; berlagak peduli, padahal sandiwara.
Aku rindu mer(d)eka!
Berjuang untuk bangsa Indonesia.
Bertumpah darah, mengorbankan nyawa demi Indonesia.
Bagaimana kabar mereka?
Hanya doa yang bisa dipanjatkan untuk mereka dan negeri tercinta.
Berjuang untuk bangsa Indonesia.
Bertumpah darah, mengorbankan nyawa demi Indonesia.
Bagaimana kabar mereka?
Hanya doa yang bisa dipanjatkan untuk mereka dan negeri tercinta.
Lampung, 23 April 2019
Penulis : Princess Meymey
0 Response to "RINDU MER(D)EKA"
Posting Komentar