Surat Cinta Untuk Calon Imamku
Jumat, 05 April 2019
Add Comment
Untukmu, Calon Imamku.
Di dunia ini, tidak ada orang shaleh atau shalehah. Yang ada hanyalah hamba Allah yang selalu berusaha menjadi taat. Memperbaiki kesalahan di masa lalu. Mencari pasangan tak melulu dimulai dengan menginginkan bahkan mendapatkan jodoh shaleh atau shalehah, melainkan jadilah pasangan yang siap mengingatkan di kala salah, bahkan mampu menuntun di saat pasangannya jauh dari-Nya. Bisakah kita seperti itu?
Siapa aku jika menginginkan laki-laki shaleh, sedangkan aku adalah seorang pendosa yang terus berusaha memperbaiki diri. Istiqomah dalam hijrah yang telah kuputuskan. Tak peduli siapa saja yang menggujingku akan keputusan ini, tapi nyatanya—aku memanglah seorang pendosa yang berusaha taat kepada-Nya. Sebab, aku tak tahu kapan ajal menjemput. Yang kutahu, aku hanyalah seorang pendosa.
Untuk seseorang yang kelak akan menjadi imamku, jangan pernah ungkit kisah masa lalu yang dulu. Pun aku tak ingin tahu tentang masa lalumu. Karena kita bersama bukan untuk mendaur ulang kisah masa lalu, melainkan menjadikan masa depan yang lebih baik.
Untuk seseorang yang kelak akan menjadi imamku, menjadi ayah dari anak-anakku, maaf jika nanti aku berbuat kesalahan hingga membuat diri ini jauh dari-Nya. Tegurlah dan bimbing selalu diri ini, agar kita sama-sama berusaha meraih Jannah-Nya. Berharap, jangan pernah tinggalkanku dengan alasan apa pun. Sebab, aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup.
Seiring berjalannya waktu, akan tiba saatnya nanti kita di pertemukan dalam ikatan pernikahan. Kau yang membimbingku untuk selalu taat kepada-Nya. Kau yang tidak pernah berkata, 'masakanmu kok keasinan?' atau 'makanannya tidak enak ini.' Kau selalu berkata bahwa masakanku adalah yang paling enak dari masakan orang lain.
Saat ini aku tak tahu di mana keberadaanmu. Yang kutahu, kita adalah jodoh yang tertulis di Lauhul Mahfudz. Tetaplah memperbaiki diri. Sampai tiba saatnya nanti, kita menjadi pasangan suami-istri. Membina keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Meraih Jannah-Nya.
Kini kutulis kembali kisah kita dalam bait puisi. Ini bukan hanya bualan belaka, tapi ungkapan hati yang tak dapat terucap. Di sini, aku hanya bisa menanti saat itu tiba. Saat di mana kau dan aku menjadi kita. Dan mempersatukan dua keluarga. Karena laki-laki yang serius adalah yang datang menemui ayah dari perempuan yang dicintai. Bukan tebar janji ke anak gadis orang.
Menunggu itu melelahkan, tetapi sabar untuk mendapatkan hadiah dari Allah adalah suatu keharusan. Bersabar. Ujian sebelum atau setelah menikah pasti ada. Tergantung kita yang menghadapi. Doa terbaik untuk kita agar dilancarkan segala urusan. Saling menerima dan melengkapi adalah pasangan terbaik. Menasihati dan membimbing satu sama lain dalam ilmu dunia-akhirat.
Pernikahan adalah bukti cinta yang sesungguhnya. Sebab, janji menikahi tanpa pembuktian adalah bualan belaka. Libatkan Allah dalam urusanmu, maka Allah akan mempermudah jalan yang kau tempuh. Insya Allah. Serahkan pada Maha Membolak-balikkan hati. [PM]
Catatan:
Artikel ini adalah kalimat atau kumpulan kata-kata yang pernah aku posting di fb, twitter dan instagram.
0 Response to "Surat Cinta Untuk Calon Imamku"
Posting Komentar