-->

[FIKSI MINI] DUNIA & AKHIRAT




Penjelasan Tentang Fiksi Mini

Fiksi mini adalah sebuah cerita sangat pendek yang berasal dari kata fiksi (cerita) dan mini (kecil atau pendek). Berbeda dengan cerpen lain, fiksi mini membebaskan pembaca untuk mengembangkan tema, alur cerita, akhir cerita dan simpulan cerita sesuai daya imajinasinya.

Fiksi mini memuat 140 karakter yang terdiri atas judul dengan uraian 4—10 kata. Fiksi mini biasanya bercerita tentang isu sosial, kritik, pengalaman, dan kisah tokoh yang dihiasi ide-ide lucu, nakal, sedih, dan heroik.

Sebutan lain fiksi mini adalah cerita kartu pos, nouvelles (Prancis), cerita setelapak tangan (Jepang), fiksi kilat, fiksi dadakan, dan mikrofiksi (Amerika).

Sumber: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/node/2279

Contoh Fiksi Mini

[FIKSI MINI] DUNIA & AKHIRAT
oleh Princess Meymey

Ombak menjadi saksi bisu atas apa yang terjadi. Sang suami tak lagi menghormati dan menghargai kedudukan istrinya. Bukankah perempuan harus dihormati bukan malah disakiti? Saat amarah mulai menguasai diri, tanpa disadari banyak ucapan yang dilontarkan membuat hati terluka. Dan ketika kekayaan membuatnya lupa diri, maka saat itulah dirinya menjadi orang lain.

"Hei, wanita! Untuk apa kamu datang ke sini, hah?!" ucap laki-laki itu dengan tatapan tajam.

"Apa yang kamu katakan, Suamiku?" ucap wanita malang ini penuh heran.

"Suami? Kapan aku menjadi suamimu?!"

Isak tangis membanjiri kapal, bagaikan ombak yang menelan seisi Bumi; hati telah lenyap.

"Aku hanyalah seorang istri yang berbakti pada suaminya. Ke mana pun kamu berada, aku akan bersamamu."

"Pergilah dari sini! Aku tidak mengenalmu! Aku sudah memiliki apa yang diinginkan selama ini. Bahkan wanita sepertimu bisa dibeli dengan uangku!"

Ada apa dengan Bumi ini? Kekayaan telah membutakan makhluk-Nya, lupa semuanya! Jika kekayaan Engkau berikan hanya untuk membuat orang lupa diri, jangan pernah Kau beri meski sekecil beras sekalipun.

Wanita itu hanya menangis sejadi-jadinya, mulut tak sanggup lagi berkata tapi air mata menjelaskan betapa hancur hatinya mendengar ucapan suaminya.

Uang benar-benar bisa mengubah diri seseorang jika tidak tahan dengan nikmat sesaat yang diterima di dunia. Tidak penting yang dilakukan baik atau buruk. Tidak peduli menyakiti atau disakiti. Menjadikan seseorang lupa akan hidup. Menjadikan dunia sebagai tempat abadi, padahal apa yang kita lakukan di dunia ini akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Lampung, 24 November 2016

PERUMPAMAAN KESENANGAN DUNIA

Orang-orang yang berlomba mengejar kesenangan dunia itu ibarat orang-orang yang berada dalam sebuah permainan yang melalaikan, tidak lama lagi permainan itu akan berakhir dan menyisakan kelelahan yang tidak berarti.

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

"Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" [al-An’âm/6: 32]

Imam al-Alûsi rahimahullah mengatakan, “Maksudnya adalah semua perbuatan yang dikhususkan hanya untuk kehidupan dunia ini seperti main-main dan senda gurau, yaitu tidak bermanfaat dan tidak tetap (kekal). Dengan penjelasan ini, sebagaimana dikatakan oleh banyak ulama’, amal-amal shalih yang dilakukan di dunia ini tidak termasuk (main-main dan sendau gurau), seperti ibadah dan perbuatan yang dilakukan untuk kebutuhan pokok dalam kehidupan.” [1]

JANGAN TERLENA! ITU HANYA NIKMAT SESAAT!

Jangan terlena oleh nikmat yang fana, karena kesenangan-kesenangan yang ada di dunia ini hanya sebentar dan tidak kekal, maka mestinya tidak ada orang yang terperdaya serta tidak menyebabkan lupa urusan akhirat. Allâh Azza wa Jalla mengingatkan kaum mukminin agar jangan sampai urusan keluarga membuatnya lupa beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla. Sebagaimana Allâh Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allâh. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. [ al-Munâfiqûn/63: 9]

Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan para hambaNya yang beriman untuk banyak mengingatNya dan melarang mereka sibuk dengan harta serta anak-anak sampai lupa dzikir. Allâh juga memberitakan kepada mereka bahwa barangsiapa terlalaikan oleh kesenangan kehidupan dunia dan segala perhiasannya dari tujuan utama penciptaannya yaitu mentaati Rabbnya dan selalu mengingatNya, maka dia termasuk orang-orang yang merugi. Yang merugikan diri mereka sendiri beserta keluarga mereka pada hari kiamat.” [2]

Kemudian Allâh Azza wa Jalla menganjurkan kaum Mukminin agar berinfaq dalam rangka taat kepada Allâh Azza wa Jalla. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?” [al-Munâfiqûn/63:10]

Ayat ini mengisyaratkan bahwa semua orang yang melalaikan kewajiban akan menyesal pada saat ajal menjemput. Dia akan meminta perpanjangan waktu walau sejenak untuk mencari keridhaan-Nya dan memperbaiki yang telah lewat. Tetapi itu mustahil. Segala yang sudah terjadi telah berlalu dan akan terjadi apa yang akan datang. Setiap orang akan mengungkapkan penyesalannya sesuai dengan kadar kelalaiannya.” [3]

Allâh Azza wa Jalla memberitakan penyesalan orang-orang kafir dengan firman-Nya:

وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ ۗ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ

Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka orang-orang yang zalim berkata : “Ya Rabb kami, berikanlah tangguh kepada kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan akan mengikuti rasûl-rasûl.” (Kepada mereka dikatakan): “Bukankah dahulu (di dunia) kamu telah bersumpah bahwa kamu sama sekali tidak akan binasa?" [Ibrâhîm/14: 44]

Juga dalam firman-Nya dalam surat al-Mukminûn [23] ayat 99-100 berikut ini:

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila kematian mendatangi salah seorang dari mereka, dia berkata: “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat melakukan amal saleh pada segala yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja, dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan."

MANUSIA YANG TIDAK PERNAH RUGI

Sebagian orang mengira, bahwa dengan beriman dia telah beruntung dan terhindar dari kerugian, meskipun tetap melalaikan kewajiban. Anggapan seperti ini tidak benar. Karena semua manusia itu merugi, kecuali yang memiliki empat sifat.

  1. Beriman terhadap perkara yang diperintahkan oleh Allâh Azza wa Jalla supaya diimani. Dan iman itu tidak akan ada kalau tidak ada ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari iman. Iman tidak akan sempurna kecuali dengan ilmu.
  2. Beramal shaleh. Ini mencakup seluruh perbuatan baik, yang lahir maupun yang batin, yang berkaitan dengan hak Allâh maupun hak para hambaNya, yang wajib maupun yang sunat.
  3. Nasihat menasehati dengan al-haq. Al-haq adalah iman dan amal shalih. Maksudnya mereka saling menasehati, saling menganjurkan serta saling memberikan motivasi untuk melaksanakannya.
  4. Nasihat-menasihati supaya tetap sabar dalam melaksanakan perbuatan taat, sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat dan sabar menerima takdir Allâh yang pedih.


Dengan dua (sifat) yang pertama, seseorang bisa menyempurnakan dirinya, dan dengan dua (sifat) berikutnya, dia bisa menyempurnakan orang lain. Berhasil menyempurnakan empat sifat di atas, berarti telah selamat dari kerugian dan meraih keberuntungan yang besar.” [4]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran." [ al-‘Ashr/103: 1-3]

Semoga Allâh Azza wa Jalla menyelamatkan kita dari tipu daya dunia dan menjadikan kita termasuk orang-orang meraih keberuntungan yang hakiki, selamat dari kerugian sebenarnya. Hanya Allâh Tempat memohon pertolongan.

_______
Footnote
[1] Tafsir Rûhul Ma’âni 5/293
[2] Tafsir Ibnu Katsîr 8/133
[3] Tafsîr Ibnu Katsir 8/133
[4] Tafsîr Taisîr Karîmir Rahmân, surat al-‘Ashr

0 Response to "[FIKSI MINI] DUNIA & AKHIRAT"

Posting Komentar