Memori 13 Tahun Lalu, Lampung Diguncang Gempa (12 Mei 2006)
Minggu, 12 Mei 2019
Add Comment
Sudah 13 tahun lamanya, pada hari Jum'at tanggal 12 Mei 2006 lalu, Lampung diguncang gempa yang bermula diduga berkekuatan 5,6 SR, ternyata berkekuatan 5,9 SR pada sore hari. Aku masih ingat jelas kejadian itu, ketika usia menginjak 13 tahun, masih ingat jelas bagaimana bumi terguncang begitu kuat. Saat itu aku dan teman-teman sedang ada bimbel pelajaran Matematika di rumah Bu Erlin Noor Diana (salah satu guru di SMP Negeri 1 Kalianda).
Awalnya kami mengira itu hanya getaran orang yang lagi memotong pohon kelapa atau perbaikan jalan, tapi getarannya berbeda. Tambah kuat sampai meja dan barang-barang sekitar, ikut bergoyang. Entah apa yang kami pikirkan saat itu, bukannya pergi keluar, justru ikut guru yang ingin menyelamatkan anaknya yang masih bayi.
Akhirnya kami keluar rumah Bu Erlin setelah suami beliau datang untuk memberitahu bahwa itu adalah gempa. Kami disuruh pulang, padahal jadwal bimbel hari itu belum selesai. Semua orang panik. Aku dan teman-teman sibuk menelepon orang tua masing-masing, meminta dijemput tapi ada yang tidak menjawab telepon termasuk kedua orang tuaku. Karena orang-orang di rumah bersama keluarga sedang sibuk menyiapkan tasyakuran ulang tahunku yang ke-13 tahun.
Entah orang-orang masih ingat atau tidak pada saat itu, aku benar-benar tidak bisa melupakan kejadian 13 tahun lalu. Ingat kejadian tsunami Aceh pada 2004 lalu, banyak yang terpisah dari keluarganya. Nah, itulah yang kutakutkan! Takut jika tidak lagi bisa bertemu dengan keluarga, terutama kedua orang tuaku. Beberapa teman sudah dijemput, sedangkan kami yang tidak dijemput, terpaksa naik mobil angkutan umum, kebetulan sedang lewat. Di dalam mobil pun masih terasa guncangannya.
"Hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir."
“Cukuplah Allah sebaik-baiknya penolong dan pelindung kami.”
Tiba di rumah, ayah langsung memelukku. Aku pun menitikkan air mata. Ketakutan itu terlihat jelas dari rawut muka ayah dan keluargaku. Dinding-dinding rumah warga termasuk rumah kami pun retak. Beberapa genteng jatuh. Hiasan keramik pecah kala itu. Warga sekitar khawatir akan ada gempa susulan bahkan ditakutkan akan terjadi tsunami. Allahu Akbar! Qodarullah, masih dilindungi sampai saat ini. Saat itu pun tidak terjadi gempa susulan apalagi terjadi tsunami.
"Laa hawla wa laa quwwata illa billahil aliyyil adzim."
“Tidak ada daya, upaya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah yang Maha Luhur dan Maha Agung."
Malam harinya, tiba diacara tasyakuran ulang tahunku yang ke-13 tahu. Doa bersama dilakukan bukan hanya untuk diriku, tapi untuk semuanya. Guru ngajiku, pendiri pondok pesantren TPA Shoolihun Rojaa'un -Bapak M.Lekok Saleh- menyampaikan wejangan-wejangan yang sangat bermanfaat pada malam itu. Beliau pun memberikanku kado sebuah puisi yang berhubungan dengan gempa di waktu bersamaan berkurangnya sisa usiaku di dunia.
Hari ini, Minggu (12/05/2019)--tepat usiaku yang ke-26 tahun. Tidak banyak yang kuharapkan, tidak banyak yang kuinginkan. Hanya ingin selalu menjadi orang baik. Ingin terus memperbaiki diri dan mendalami ilmu agama. Belajar mengendalikan emosi, terus bersabar ketika diberi ujian dan selalu bersyukur atas rezeki serta nikmat yang Allah limpahkan padaku.
Terima kasih untuk kedua orang tua yang selalu memberikan cinta, kasih sayang dan perhatiannya padaku. Apa yang kalian berikan tak sebanding dengan apa yang pernah kuberikan. Bahkan, aku tidak mampu membayar semua pengorbanan yang kalian berikan dari dalam kandungan, hingga usiaku yang ke-26 tahun ini. Maaf bila tanpa sengaja pernah menyakiti hati kalian. Tapi, rasa sayang dan cintaku kepada ayah dan ibuku tak pernah ternilai. Kalian adalah MALAIKAT HATIKU. Malaikat yang selalu menjaga dan mendoakanku.
Untuk semua prestasi dan apa yang kulakukan sampai saat ini adalah tidak jauh dari dukungan dan doa kalian. Mungkin bisnis yang kujalani belum seberapa, masih bisnis alakadarnya, akan tetapi--aku akan berusaha keras untuk meraih mimpi menjadi seorang pengusaha. Hobiku adalah menulis. Menjadi penulis (jika) tekenal adalah bonus. Tapi menjadi pengusaha yang besar di Indonesia bahkan jika memungkinkan di dunia adalah mimpi yang selalu kusemogakan.
Salah satu media yang meliput kejadian tersebut :
Lampung, 12 Mei 2019
Irma Dewi Meilinda
(Writerpreuner, Blogger, Ketua KPKers Lampung, etc)
0 Response to "Memori 13 Tahun Lalu, Lampung Diguncang Gempa (12 Mei 2006)"
Posting Komentar