Mengenal Lebih Dekat Bondan Winarno Sampai Dia Wafat
Sabtu, 12 Oktober 2019
Add Comment
Dikutip dari situs wikipedia—Bondan Winarno (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 29 April 1950 – meninggal di Jakarta, 29 November 2017 pada umur 67 tahun) adalah seorang penulis dan wartawan Indonesia dengan berbagai kebisaan. Dia memelopori dan menjadi ketua Jalansutra, suatu komunitas wisata boga yang sangat terkenal di Indonesia. Dia juga menjadi presenter dalam acara kuliner di Trans TV, yaitu Wisata Kuliner. Dia terkenal dengan ungkapannya yaitu "Pokoe maknyus!" ungkapan ini sering diparodikan dalam suatu kondisi yang nyaman, enak dan lainnya.
Ketika Bondan masih anggota Pramuka dulu, lelaki berkulit cokelat ini aktif dalam aeromodelling. Ketika sudah berkeluarga, dia ikut terjun payung dan menjadi anggota Jakarta Flying Club. Sebenarnya, Bondan juga bercita-cita menjadi penerbang, selain guru dan wartawan. Ibunya ingin Bondan menjadi dokter, atau insinyur. Di Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur, Universitas Diponegoro, Semarang, namun belum sempat selesai, Bondan sudah menjadi fotografer Puspen Hankam di Jakarta hingga tahun 1970. Setelah itu, dia berpindah-pindah kerja, tetapi tetap tidak lepas dari lingkup komunikasi massa. Sempat bertugas sebagai wartawan ke berbagai negeri, antara lain ke Kenya, Afrika. Sebagian pengalamannya dari negeri itu dia tuangkan menjadi cerpen berjudul Gazelle, yang kemudian memenangkan hadiah pertama lomba penulisan cerpen majalah Femina pada tahun 1984. Menulis sudah hampir merupakan kebiasaan bagi Bondan. Dia pun bisa menulis di mana saja, di pesawat udara, di mobil, atau bahkan di toilet. Hasil tulisannya dimuat berbagai penerbitan, misalnya Kompas, Sinar Harapan, dan Tempo. Pada majalah terakhir ini dia secara tetap Bondan mengisi Rubrik Kiat, yaitu kolom pendek soal-soal manajemen, dunia yang juga dia tekuni selama ini.
Sejak 1960 (umur 9–10 tahun), Bondan menjadi penulis lepas. Dia menulis di berbagai penerbitan seperti Kompas, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Tempo, Mutiara, Asian Wall Street Journal, dan lain-lain. Pada 1984-1987 dia menjadi redaktur kepala majalah SWA. Pada 1987-1994 dia beralih menjadi pengusaha dan menjabat sebagai Presiden Ocean Beauty International, sebuah perusahaan makanan laut yang berbasis di Seattle Washington, Amerika Serikat. Antara 1998-1999 dia menjadi konsultan untuk Bank Dunia di Jakarta, dan setelah itu, hingga 2000 dia menjadi direktur eksekutif dari sebuah organisasi pelestarian lingkungan. Pada 2001-2003 dia menjadi pemimpin redaksi harian Suara Pembaruan.
Karier
- Juru kamera Puspen Hankam (1969-1970)
- Creative Director Marklin Advertising (1973-1974)
- Account Executive Intervista (1974)
- Advertising Manager PT Union Carbide (1975-1979)
- Sekjen International Advertising Association (1978)
- Manajer PT Sinar Kasih (1979-1983)
- Dirut PT Mitra Balita (1983)
- Pengasuh Rubrik Kiat TEMPO (1984)
- Wakil Pemimpin Redaksi Majalah Swasembada (1985)
- Komisaris Independen PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (2009)
Selain berbagai pekerjaan yang pernah dilakukannya, Bondan juga aktif dalam bermacam-macam kegiatan sosial. Dia pernah menjabat sebagai sekretaris jenderal dari International Advertising Association, cabang Indonesia (1981-1986), ketua Indonesia Forum pada 1998 (umur 47–48 tahun), yaitu sebuah konferensi internasional untuk membantu pemulihan Indonesia dari krisis. Pada 1998 dia menjadi salah satu pendiri dari Komite Kemanusiaan Indonesia dan Masyarakat Transparansi Indonesia, dan pada 2002 (umur 51–52 tahun) dia menjadi salah satu pendiri Yayasan Karaton Surakarta. Dia adalah seorang sentanadalem Karaton Surakarta Hadiningrat dengan gelar dan nama Kanjeng Pangeran Mangkudiningrat.
Pada 1967 (umur 16–17 tahun), dia memperoleh Baden Powell Adventure Award ketika menjadi pemimpin regu Indonesia dalam Boy Scouts World Jamboree di Farragut State Park, Idaho, USA. Ketika itu dia juga terpilih sebagai honor guard untuk Lady Olave Baden Powell. Pada 1988 (umur 37–38 tahun) dia memperoleh tanda penghargaan Satyalencana Pembangunan dari pemerintah Republik Indonesia karena jasa-jasanya sebagai ketua pelaksana Phinisi Nusantara yang berlayar dari Jakarta sampai Vancouver dalam rangka Expo 1986.
Sebagai penulis Bondan pernah mengarang cerita anak-anak, cerita pendek, novel dan buku-buku tentang manajemen. Namun, Bondan harus menutup mata untuk selamanya pada tanggal 29 November 2017, sekitar jam 09.00 WIB setelah dua minggu dirawat di Rumah Sakit Harapan Kita akibat kelainan jantung.
Bibliografi
- Satu abad Kartini, 1879-1979: bunga rampai karangan mengenai Kartini (editor) (1979)
- Neraca tanah air: rekaman lingkungan hidup '84 (1984)
- Cafe Opera: kumpulan cerita pendek (1986)
- Seratus kiat, jurus sukses kaum bisnis (1986)
- Tantangan jadi peluang: kegagalan dan sukses Pembangunan Jaya selama 25 tahun (1987)
- Kiat menjadi konglomerat: Pengalaman Grup Jaya (1996)
- Manajemen transformasi BUMN: pengalaman PT Indosat (1996)
- Bre X: sebungkah emas di kaki pelangi (1997)
- Kiat Bondan di Kontan: berpikir strategis di saat krisis (1998)
- Jalansutra: kumpulan kolom tentang jalan-jalan dan makan-makan di Suara Pembaruan Minggu dan Kompas Cyber Media (2003)
- Lagu Kebangsaan Indonesia Raya (2003)
- Belajar tiada henti: biografi Cacuk Sudarijanto ditulis bersama Bondan Winarno (2004)
- Pada sebuah beranda: 25 cerpen (2005)
- Puing: sebuah novel kolaborasi (2005)
Videografi
Kerinci-Seblat, tabungan masa depan (penulis naskah) (2002)
Berikut ini salah satu karya beliau yang dipajang di dinding Perpustakaan Nasional RI 24 lantai (pintu utama).
Berpacaranlah di Perpustakaan
oleh Bondan Winarno
Perpustakaan pun tidak boleh menjadi sanctum
sanctorum yang steril dan sunyi bagai ruang rekaman.
Buku dan perpustakaan harus ditarik segaris dengan
dimensi manusia.
Berpacaranlah di perpustakaan. Sepi dan sejuk.
Buku adalah guru yang tidak pernah marah. Buku adalah
teman yang setia bersama Anda: di mana saja, kapan
saja—kecuali ketika menyelam di laut atau bersembunyi
di kolong selama gerhana.
0 Response to "Mengenal Lebih Dekat Bondan Winarno Sampai Dia Wafat"
Posting Komentar