Ketika Seseorang Merasa Lelah dalam Hidupnya

Pantai Belebuk, Pulau Sekepol, Bakauheni, Lamsel

Setiap hari, kita diberikan waktu 24 jam. Ada waktu untuk beraktivitas dan beristirahat. Gunakanlah waktumu sebaik mungkin karena kehidupan itu ibarat buku, tiap lembarnya—banyak kisah yang terjadi; suka dan duka dialami.

Dan ketika kamu mengalami titik terlemah, hati dan pikiran terkadang tak sejalan, tapi kamu bisa memutuskan dengan bijak. Jangan pernah lelah untuk melanjutkan perjalanan, ketika ada sesuatu yang menghentikan langkahmu—fokuslah ke depan sampai pada tempat tujuan.

Tetaplah bersinar seperti matahari, meski malam merenggut cahayanya. Karena sebelum dipertemukan malam, senja akan mengajarkanmu tentang penantian dan sebuah kehilangan. Tak perlu risau, mereka tak pernah benar-benar pergi.

Belajar seperti bintang yang seringkali tak tampak, tapi sebenarnya ia ada. Hanya saja, ia sedang bersembunyi untuk mengujimu melalui kegelapan malam. Bercumbu pada suara jangkrik dan suara-suara bising lainnya, yang pada akhirnya membuat matamu terlelap.

Keesokan harinya, jika langit mendung, matahari tak tampak, lalu tiba-tiba percikan dari langit turun dengan deras—tubuhmu basah dan kamu kedinginan, sejenak menutup mata, akan ada berbagi potret yang muncul dalam bayangmu. Jika potret yang ada, hanyalah membuat luka kembali robek, tariklah napas dalam-dalam, tak mudah memang. Tapi hanya diri sendiri yang bisa mengendalikannya. Jatuhkan berlian di bola matamu bersamaan dengan turunnya hujan. Sebab, menangis dalam hujan adalah yang sering dilakukan semua orang ketika kesedihannya tak ingin diketahui oleh orang lain.

Isak tangis beradu pada suara derainya hujan, tanpa sadar—kamu biarkan tubuhmu menggigil kedinginan. Dan saat itu, kamu berharap akan ada pelangi setelah hujan reda. Sayangnya, pelangi sering malu untuk memperlihatkan pesonanya di balik rona. Ia ada, tapi menunggu waktu yang tepat untuk memunculkan diri.

Minggu, 22 Desember 2019

Penulis : Irma Dewi Meilinda

Share this post