-->

Es Krim untuk Syifa


Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba Farhan dan Syifa berhenti di sebuah toko yang berada di pinggir jalan. Farhan mematikan mesin motornya, Syifa segera turun dan duduk di kursi yang disediakan untuk pembeli oleh pemilik warung tersebut. Farhan mengambilkan dua buah es krim cokelat usai memarkirkan motor.

"Ini buat kamu," ucap Farhan, menyodorkan es krimnya ke arah Syifa.

Syifa mengambilnya dan mengucapkan terima kasih. Terlihat jelas pancaran wajahnya yang tampak bahagia dengan lukisan bulan sabit yang begitu manis nan elok. Lalu, seketika hening. Keduanya menikmati es krim cokelat dengan rasa senang.

Tiba-tiba, Farhan memecah keheningan dengan sedikit rayuan mesra layaknya pasangan suami-istri yang baru saja menikah.

"Sini deh, aku bisikkan sesuatu," ucap Farhan sambil melahap es krimnya.

"Iya, kenapa?" Syifa menghentikan mulutnya menikmati es krim lezat yang diberikan oleh suami tercinta.

"Tahu nggak ini namanya apa?" Pertanyaan Farhan membuat perempuan berjilbab merah dengan gaun yang bermotif bunga itu mengerucutkan bibirnya. Seolah sang istri adalah bayi yang baru lahir, belum mengenal jenis makanan.

"Es krim lah masa es cendol!" Syifa menjawab dengan nada kesal.

"Tahu nggak es krim itu kalau nggak ditaruh di kulkas atau lemari pendingin, dia bisa meleleh?"

Pertanyaan kedua, membuat Syifa semakin kesal dengan suaminya, tapi dia hanya bisa tersenyum; menahan emosi agar tidak terjadi pertengkaran.

"Iya, aku tahu, Sayang. Emang kenapa, sih?" tanya Syifa, mengernyitkan dahi.

"Jadi, es krimnya harus buru-buru di makan, Sayang." Farhan menghentikan ucapannya sejenak, lalu melanjutkannya. "Itu es krim kamu sudah meleleh, sama dengan hati aku, meleleh kalau melihatmu."

Pipi Syifa mulai memerah. Mau marah tapi diurungkan. Sang suami paling pandai merayu istrinya agar amarah tidak meledak.

Bersambung ...

Lampung, 30 Agustus 2020
Author : Irma Dewi Meilinda

0 Response to "Es Krim untuk Syifa"

Posting Komentar