-->

Resensi Buku Ali dan Aisyah (Hari ke-1)


Judul : Ali dan Aisyah
Penulis : Endang Kartini
Editor : Ali Ibnu Anwar
Sampul & Tata Letak : Langit Putra Cahaya
Penerbit : Pustaka Ranggon
ISBN : 9786021822098
Cet.1 : Desember 2017

Novel Ali dan Aisyah ini dikemas dengan sampul berwarna hijau. Konon katanya, warna hijau melambangkan kesuburan, kesegaran, kedamaian, dan keseimbangan. Ada makna tersirat yang berhubungan dengan kisah Ali dan Aisyah; berkaitan arti warna tersebut.

Selain itu, terlihat jelas gambaran sebuah perjalanan untuk menggapai sesuatu di balik sampul novel ini, yang diilustrasikan dengan sosok pria menghadap belakang dan pria tersebut ada dalam diri wanita.


Pembaca juga disuguhkan dengan pengantar dari Syaf Anton Wr—seorang sastrawan dan budayawan asal Sumenap di bagian belakang sampul.

Dalam novel yang dibagi sembilan episode ini, digambarkan bahwa pergolokan asmara masih menjadi bagian yang menarik dari tautan perjalanan hidup manusia. Sampai kapanpun asmara pasti akan terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Hal ini tak lepas dari Ali dan Aisyah; dua insan yang berbeda jenis dalam cerita ini akan membawa pembaca ke dalam suasana penuh tanda tanya, antara kemungkinan dan sebuah pilihan.

Pergumulan persahabatan antar wanita dalam ruang yang sama, kerap melahirkan cerita-cerita unik; suka dan duka menjadi bagian dari sebuah peristiwa yang akan menjadi kenangan melekat. Dalam kondisi seperti itu, biasanya satu dengan yang lain berusaha mengambil celah dalam ragam perbincangan, apalagi yang diperbincangkan tentang kaum pria.

Tanpa terasa, berbulir-bulir air mengalir begitu saja. Tidak lama, pipi Aisyah seperti danau yang menampung air mata itu. Setelah sadar, ia cepat-cepat mengusapnya. Namun namanya cinta, di mana pun akan lahir dan bersemai selama cinta itu menghadirkan nilai dalam kehidupan. Dari nilai itulah kemudian mengurai perjalanan hidup manusia sampai batas akhir perjalanan.

Ali duduk bersimpuh agar bisa melihat Aisyah dari dekat. Degup jantungnya semakin kencang. Aisyah semakin cantik dengan bedak tipis di wajahnya. Debaran dalam hatinya seperti gulungan ombak. Ali menahan diri untuk bisa tenang di antara deru napasnya yg memburu.

Lalu bagaimana perjalanan akhir kisah asmara Ali dan Aisyah?

Lampung, 02 November 2020

Regard
Irma Dewi Meilinda

0 Response to "Resensi Buku Ali dan Aisyah (Hari ke-1)"

Posting Komentar