-->

Resensi Film Pendek Halinu Laisa


Judul : Halinu Laisa
Sutradara : Nazar Muhdi
Skenario : Nadi Arsim
Pemeran : M. Syahrul Kurniawan (Rizal), Merza Melestia Sari (Laisa), Rizky Julianto (Harun), Fitri Oktavianasari (Aina), Dadang Hidayat (Irwan), Atika Sari (Bu Salimah/Ibunya Rizal), Azham Nazomi (Pak Dedi/Ayahnya Rizal)
Kameramen : Arifin
Tim Kreatif : Rizky Julianto, Setya Aprillia
Editing : Iqbal Pratama, Beni Naufal
Penulis Cerita : Nazar Muhdi
Tahun : 2020
Durasi : 43 menit 56 detik
Negara : Indonesia
Bahasa : Indonesia

Sinopsis

Laisa adalah seorang guru ngaji yang terlahir dari keluarga biasa, satu-satunya anak perempuan dari kedua orang tuanya yang telah tiada ini memiliki seorang kakak dan adik laki-laki. Suatu ketika, Laisa tak sengaja menabrak seorang pemuda dari kalangan atas (orang kaya) bernama Rizal dengan sepeda karena remnya blong. Tak disangka, pertemuan itu menimbulkan benih-benih cinta di hati keduanya. Namun apa daya, ibunya Rizal (Salimah) tidak merestui hubungan mereka. Alasannya, Rizal sudah dijodohkan oleh Aini (teman masa kecil Rizal) dan kebetulan juga sahabatnya Laisa. Sedangkan ayahnya Rizal (Pak Dedi), beliau tidak pernah memaksakan kehendak orang tua. Pak Dedi memilih untuk memberikan kesempatan kepada putra semata wayangnya untuk memilih, siapa yang pantas menjadi pendamping hidup Rizal.

Selain itu, ternyata Irwan pun tidak menyetujui hubungan adik perempuan semata wayangnya itu, karena sebagai anak pertama, ia bertanggung penuh atas kehidupan adiknya. Apalagi kedua orang tua mereka telah tiada.

Untuk memperjuangkan cintanya, Rizal tidak tinggal diam, ia meminta Aini untuk membantu menggagalkan perjodohan itu setelah Bu Salimah menghina Laisa ketika kali pertama dikenalkan oleh Rizal. Aini menyetujui permintaan Rizal dengan berpura-pura mencintai Irwan (kakaknya Laisa). Rencana yang sudah disusun Aini berjalan dengan lancar, keluarga Rizal akhirnya menerima Laisa dan berniat melamar perempuan yang dicintai Rizal. Sementara Aini, ia harus merelakan Rizal dengan Laisa. Karena baginya, mencintai tak harus memiliki. Dengan melihat orang-orang yang dicintai bahagia, itu sudah cukup membuatnya bahagia. Namun, ia terpaksa menyakiti Irwan atas rencana yang telah dibuat demi menyatukan Rizal dan Laisa.

Ulasan

Halinu Laisa adalah sebuah film pendek yang dibuat oleh Theater Pesawaran dalam lomba 'Film Pendek Nasional 2020' lalu. Film yang menceritakan tentang perjodohan dan arti dari sebuah kesungguhan untuk seseorang meskipun harus mengorbankan hati untuk terluka dengan keputusan sendiri. Film yang diangkat dari novel Epic karya Nazar Muhdi ini seperti yang pernah atau masih kita temukan di kehidupan nyata, sebab masih banyak orang tua yang sibuk menjodohkan anak-anak mereka tanpa peduli perasaan bayi mungil yang dulu sangat dijaga hatinya. Bahkan tanpa bertanya, orang tua seringkali mengedepankan gengsi untuk menikahkan anaknya harus di kalangan yang setara, terkhusus kalangan menengah ke atas. Padahal, mencintai tak mengenal kasta.

Kesimpulan

Film ini rekomen banget untuk ditonton para orang tua dan siapapun yang ingin menikah. Bahwasannya cinta harus di perjuangkan dengan sungguh-sungguh, bukan menyerah dan membiarkan orang yang dicintai pergi tanpa tahu apa yang kita rasakan. Menariknya, film yang bernuansa pedesaan ini diambil di Lampung, membantu mengenalkan rumah-rumah Lampung pada masanya (rumah papan, khususnya). Tak lupa juga, dengan sentuhan instrumen lagu Lampung, membuat film ini semakin terasa nuansa film yang digarap oleh masyarakat Lampung.

Sayangnya, ada beberapa dialog yang suaranya terlalu kecil, sehingga penonton seakan diberikan tugas untuk menerjemahkan setiap adegan yang diperankan pemain. Pengambilan gambarnya juga masih belum sempurna, goyang. Akting dari pemain, masih terlihat kaku. Konfliknya kurang dapat.

Walaupun begitu, alur yang dibuat cukup mengesankan. Pesan yang ingin disampaikan dari cerita film Halinu Laisa bisa dipahami oleh penonton. Overall, film ini wajib didukung dengan cara mengapresiasi filmnya (menonton dan memberikan ulasan tentang filmnya). Tujuannya untuk memberikan semangat kepada Theater Pesawaran agar terus berkarya. Khususnya bisa membanggakan Lampung, bahwa provinsi yang dijuluki kota siger atau dikenal kota gajah ini, masyarakatnya memiliki talenta yang beragam. Kreativitas yang ada, dapat menginspirasi orang-orang untuk terus menciptakan hal-hal baru yang bermanfaat tanpa meninggalkan ciri khas dari daerah asal.

Lampung, 13 November 2020
Peresensi : Irma Dewi Meilinda

2 Responses to "Resensi Film Pendek Halinu Laisa"

  1. Sangat luar biasa resensi nya,langsung mengerti apa yg di maksud..terus dong resensi film lain..semangat

    BalasHapus