Meningkatkan Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi
Minggu, 02 Agustus 2020
Add Comment
Pada tanggal 2 Agustus 2020 saya mengikuti acara webinar nasional dengan tema "Inspirasi Kisah Nabi Ibrahim AS dalam Ketahanan Keluarga dan Masyarakat pada Masa Adaptasi New Normal" dalam rangka menyambut Hari Raya IdulAdha, yang diselenggarakan oleh Miss Kece Kekinian, Aulad EduStation Community, Universitas YARSI dan Kampung Dongeng.
Pada kesempatan tersebut banyak hal yang saya dapatkan, khususnya bagaimana kita bisa mempertahankan keluarga, apalagi di saat pandemi saat ini. Dengan pemaparan dari Prof. dr. Fasli Jalal., Ph.D selaku Rektor Universitas YARSI dan pernah menjabat menjadi Wakil Menteri Pendidikan Nasional (2010 - 2011) serta Kepala BKKBN (2013 - 2015).
Berikut ini beberapa pemaparannya!
Kebijakan Pembangunan Keluarga
Menurut Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, pembangunan keluarga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
Yang mana bunyi dari pasal 47, yaitu:
- pemerintah dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, dan
- kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga secara optimal.
Tantangan Keluarga Menurut Nelly Tristiana
Apakah keluarga masih menjadi institusi pertama dan utama pembangunan SDM berkualitas?
- Negara kuat, masyarakat berbudaya dan produktif.
- Keluarga Tangguh.
- Ketahanan keluarga.
- Individu berkualitas.
Pola Pikir Pembangunan Keluarga
Strategi Pembangunan Keluarga
Kondisi keluarga saat ini adalah berbagai permasalahan keluarga. Kondisi keluarga yang diinginkan adalah keluarga yang berkualitas dan sejahtera. Bagaimana caranya?
- Membangun keluarga yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Membangun iklim berkeluarga berdasarkan perkawinan yang sah.
- Membangun keluarga harmonis, sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan memiliki jumlah anak ideal.
- Membangun keluarga yang berketahanan, berwawasan ke depan, dan berkontribusi kepada masyarakat, bangsa, dan negara.
Menurut Burgess dan locke (1960), ada empat ciri keluarga, yaitu:
- Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah atau adopsi.
- Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama di bawah satu atap dan merupakan susunan satu rumah tangga.
- Keluarga terbentuk kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan social bagi suami dan istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan.
- Keluarga harus memelihara suatu kebudayaan bersama yang diperoleh pada hakekatnya dari kebudayaan umum.
Menurut Levy dalam Klein dan White (1996), persyaratan struktural yang harus dipenuhi oleh keluarga agar dapat berfungsi.
- Diferensiasi peran yaitu alokasi peran atau tugas dan aktivitas yang harus dilakukan dalam keluarga.
- Alokasi solidaritas yang menyangkut distribusi barang dan jasa antar anggota keluarga untuk mencapai tujuan keluarga.
- Alokasi politik yang menyangkut distribusi kekuasaan dalam keluarga.
- Alokasi integrasi dan ekspresi meliputi cara atau Teknik sosialisasi internalisasi maupun pelestarian nilai-nilai maupun perilaku pada setiap anggota keluarga dalam memenuhi tuntutan norma yang berlaku.
Perubahan Keluarga dalam Pola Pembentukan
1. Pembentukan keluarga (family formation)
- Peningkatan usia rata-rata kawin pertama.
- Peningkatan proporsi penduduk usia > 35 tahun yang belum menikah.
- Peningkatan perkawinan usia dini (tahun 2015 : kelompok 10 – 15 tahun, sebanyak 11 % dan 16 – 18 tahun sebanyak 32 %).
2. Perubahan dalam memilih pasangan
- Dijodohkan oleh keluarga atau individu.
- Perjodohan menggunakan institusi (online) melalui biro jodoh atau ta’aruf.
- Kecenderungan perempuan untuk menikah dengan pasangan lebih rendah (marrying down) yang mengacu pada usia, pendidikan, dan ekonomi.
Ada delapan fungsi keluarga, yaitu:
- Fungsi Agama
- Fungsi Sosial Budaya
- Cinta dan kasih sayang
- Fungsi Perlindungan
- Fungsi reproduksi
- Fungsi sosialisasi dan Pendidikan
- Fungsi ekonomi
- Fungsi lingkungan
Apa itu Indeks Pembangunan Keluarga (IPK)?
- IPK menjelaskan kualitas keluarga yang ditunjukkan oleh ketahanan dan kesejahteraan keluarga serta hidup dalam lingkungan yang sehat.
- IPK memberikan gambaran peran dan fungsi keluarga di Indonesia.
- IPK dapat menjadi dasar bagi para pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan dalam merumuskan kebijakan/program/kegiatan baru dan menyempurnakan kebijakan/program/kegiatan yang ada saat ini agar tercapai hakikat dari berdirinya sebuah keluarga.
Menurut UU No. 52 tahun 2009, pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan sehat.
Apa manfaat IPK?
- Mengidentifikasi permasalahan kualitas keluarga di tingkat kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota, maupun provinsi dan mengarahkan pada intervensi yang hrus dilakukan negara.
- Bahan untuk Menyusun kebijakan oleh keluarga di daerah sesuai dengan permasalahan yang ditemukan.
- Dapat dijadikan target pembangunan suatu wilayah, sehingga angka IPK merupakan kunci dari keberhasilan pembangunan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Prof. Euis Sunarti (IPB University) dengan tajuk “Study Dampak Covid-19 pada Keluarga”, 2020.
- Pada satu dan dua bulan di masa pandemi, keluarga kelas menengah mengalami tekanan ekonomi, sehingga keluarga melakukan coping strategi internal dan berfokus penyelesaian masalah.
- Jika pandemi terus berlanjut, maka tekanan ekonomi pada keluarga menegah ini akan semakin tinggi.
- Temuan ini daoat memprediksi tekanan ekonomi pada keluarga dengan status sosial ekonomi rendah.
- Pandemi menyebabkan keluarga mengalami stres cukup tinggi, tetapi keluarga mengatasi dengan meningkatkan interaksi keluarga sehingga kesejahteraan sosial keluarga terjaga.
- Semakin tinggi masalah, semakin tinggi strategi coping (pangan dan umum), semakin tinggi gejala stres, menyebabkan semakin rendah kesejahteraan psikologis keluarga.
- Gejala stres dan tekanan ekonomi keluarga menurunkan resiliensi keluarga, sementara kesejahteraan sosial keluarga meningkatkan resiliensi kelurga.
- Nilai agama, dukungan sosial, kepuasan perkawinan berkontribusi positif kesejahteraan subjektif, sementara sumber stres, masalah kerja-keluarga berpengaruh sebaliknya.
Pembangunan rumah keluarga meliputi,
- Keluarga sebagai basis kebijakan publik.
- Menjamin keluarga berketahanan dan berkualitas.
- Pembangunan wilayah dan pekerjaan ramah keluarga.
- Optimalisasi-sustainability daya dukung alam dan optimalisasi daya tamping lingkungan.
Jadi pada intinya, bagaimanapun kondisi kita saat ini, tetap kuatkan ketahanan keluarga agar tidak runtuh. Jaga sama-sama dan pecahkan bersama ketika mengalami permasalahan dalam keluarga.
Materi lengkapnya bisa tonton di bawah ini!
Sumber : BKKBN, YouTube YARSI TV
0 Response to "Meningkatkan Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi"
Posting Komentar