-->

Resensi Film Malik & Elsa


Malik & Elsa adalah film drama Indonesia tahun 2020 yang disutradarai oleh Eddy Prasetya. Nana Mulyana adalah penulis skenario film yang mengadaptasi dari novel berjudul sama karya Boy Candra dan diproduksi oleh Max Pictures. Malik & Elsa memiliki latar cerita tentang kisah cinta remaja di Padang, Sumatera Barat. Lokasi syuting pun dilakukan sepenuhnya di Sumatera Barat. Ody Mulya Hidayat dan Agus Basuk adalah produser film yang telah tayang secara eksklusif di Disney+ Hotstar pada tanggal 9 Oktober 2020 dengan durasi 88 menit. Endy Arfian (Malik) dan Salshabilla Adriani (Elsa) didapuk sebagai pemeran utama.

Sinopsis


Film dibuka dengan cerita Malik dan Elsa yang bertemu pertama kali di kampus. Awal kedekatan mereka tergolong unik, berawal dari permainan tebak-tebakan, Elsa kalah dan dihukum untuk mentraktir Malik selama tujuh hari berturut-turut. Tujuh hari itu sepertinya membuat Malik dan Elsa semakin intens dalam berkomunikasi. Mereka bisa saling bertukar cerita atau keluh kesah yang seakan menemukan dunia bersama.

Ternyata hanya cukup tujuh hari untuk bisa menyatukan Malik yang kondisi keluarganya bertolak belakang dengan Elsa. Waktu seminggu itu membuat keduanya berjalan beriringan, saling mengisi, serta menumbuhkan benih-benih rindu.

Namun, konflik terjadi ketika Ibu Elsa mengetahui kedekatan putrinya dengan Malik yang cenderung tak menyukai hubungan yang dijalin putrinya dengan Malik. Sejak berhubungan dengan Malik, Elsa sering lupa waktu dan pulang larut malam. Ibu Elsa menganggap itu tidak pantas untuk anak perempuan, terlebih anak perempuan keturunan Minang.

Tidak hanya Elsa, Malik pun punya kendala tersendiri. Suatu ketika, dia memenangkan kompetisi menulis. Dia mendapat kesempatan untuk belajar di Belanda. Kabar baik yang juga diikuti kabar kuruk. Kabar baiknya, Malik bisa semakin mengejar cita-citanya, kabar buruknya adalah dia akan jauh dari Elsa.

Sedangkan Malik pernah berjanji akan membawa Elsa naik pesawat. Dia ingin Elsa membantu menerbangkan cita-citanya. Mereka juga pernah bertukar cerita bahwa Elsa sangat suka dengan senja. Walaupun Malik biasa saja dengan senja, tetapi dia akan menggunakan senja sebagai alat agar dia tetap merasa dekat dengan Elsa. Dalam keadaan yang cukup rumit ini, Malik perlu menentukan pilihan, mengejar cita-cita atau cinta yang belum terucap.

Ulasan


Film ini menceritakan sebuah hubungan asmara yang terjadi antara dua insan yang saling mencintai tapi tidak pernah ada ikatan pacaran. Mereka hanya mengikuti alur kehidupan karena bagi Malik, jangan ingin pacaran hanya sekadar status. Kesadarannya akan ekonomi yang minim pun membuat dia tidak ingin menjalin hubungan kepada lawan jenis. Tak seperti yang lainnya, ingin bersenang-senang atas nama pacaran yang pada akhirnya akan terjebak dalam sebuah hubungan tersebut. Terlalu dikekang oleh pasangan, misalnya. Itu sebabnya Malik memilih untuk bersahabatan meski dalam hatinya ada perasaan lebih pada Elsa. Gadis Minang itu pun menghargai keputusan Malik. Mementingkan mengejar cita-cita daripada cinta adalah tindakan yang jarang dilakukan oleh anak muda di masa sekarang.

Film berlatar belakang kota Padang ini membawa penonton lebih dekat dengan daerah Minang dan aturan-aturan yang berlaku. Film ini pun secara tidak langsung membantu mengeksplore tempat wisata yang ada di Padang. Meskipun film ini dikategorikan sebagai film bagus untuk pendidikan dan tidak pernah menyerah mengejar cita-cita. Namun dilihat dari segi Islam, ada adegan yang kurang layak ditampilkan mengenai batasan berhubungan dengan yang bukan mahramnya. Ada pula beberapa alur yang terkesan menggantung dan membuat penonton bertanya-tanya bagaimana kelanjutan kisah tokoh dan mengapa gadis Minang tidak diberi kebebasan dalam sebuah pertemanan, apalagi lawan jenis.

Terdapat quote di akhir cerita yang membuat penonton tertegun.

Kota Padang dan Amsterdam hanya berjarak karena rindu kita. Selebihnya, semua ini tak ada bedanya. Di kota ini atau di sana, hatiku selalu untukmu. Tunggu aku kembali." (Malik)

Kesimpulan


Film ini menjadi rekomendasi tontonan anak muda yang hanya mementingkan status hubungan (pacaran) di luar pernikahan. Pun orang tua dengan garis keturunan Minang yang mengorbankan perasaan anak mereka demi menjaga peraturan dari adat Minang.

Melalui film ini diharapkan dapat memberikan motivasi dan semangat dalam belajar serta meraih cita-cita tertinggi. Penonton juga dimanjakan oleh pemandangan indah yang ada di daerah Padang, khususnya tempat wisata yang wajib diunjungi jika pergi ke sana.

Lampung, 25 Oktober 2020

Regard
Irma Dewi Meilinda

0 Response to "Resensi Film Malik & Elsa"

Posting Komentar