-->

Jika yang Sederhana Lebih Baik, Mengapa Harus Memaksa Untuk Terlihat Wah?



Hari ini saya membaca artikel tentang pernikahan seorang laki-laki yang memiliki gaji pas-pasan dan menikah dengan sesederhana mungkin. Menurut saya, menikah secara sederhana lebih baik daripada ada pesta yang berujung hutang sana-sini. Ingin terlihat wah atau mewah, tapi tak pernah mikir bagaimana ke depannya.

Kalau saya pribadi, jika diberikan pilihan menikah dengan adanya pesta atau sederhana (cuma akad), saya lebih milih akad saja karena kebutuhan setelah menikah akan lebih banyak. Mungkin banyak tetangga yang mencibir, begini-begitu. Tapi dalam prinsip saya, saya hidup bukan atas kendali mereka. Ini hidup saya dan yang akan membiayai kebutuhan bukan tetangga, melainkan suami, bukan?

Tulisan ini sudah saya posting di facebook dan (mungkin) ada yang sudah membacanya. Saya ingin menceritakan sedikit tentang kebutuhan dan keinginan dalam memanfaatkan keuangan yang ada. Serta hidup yang selalu dicampuri oleh orang lain.

Semasa kecil, saya sudah terbiasa digosipkan tetangga, begini-begitu. Bahkan ketika melihat saya ikut saudara berjualan keliling desa. Saya hanya membalas dengan senyuman. Jika (pada saat itu) ayah saya yang dikenal orang punya penghasilan yang bisa dikatakan bisa penuhi semua kebutuhan tanpa saya harus kerja keras, lantas—apakah saya tidak boleh keluar rumah, jalan kaki, panas-panasan, terus teriak sana-sini sambil bilang, "Pak! Bu! Gorengannya." atau yang lain. Selagi apa yang saya lakukan baik dan itu pekerjaan halal, mengapa saya harus malu.

Kakek yang memang dikenal punya tanah luas dan termasuk disegani oleh orang-orang, kalau tetangga sih bilangnya saya anak orang kaya. Lantas, apa saya harus menikmati harta dari ortu atau harta peninggalan kakek, tanpa harus kerja keras? Sampai sekarang pun saya sudah sering mendengar, kok nggak kerja seperti ayahnya dulu, kok nggak ngelamar kerja? Bla...bla...bla.

Kita punya hak untuk menentukan nasib. Termasuk harus bekerja sama orang lain atau memperkerjakan orang lain. Rezeki itu tidak pernah tertukar. Percaya saja sama yang ngasih kita rezeki. Rezeki datangnya dari Allah dengan usaha yang kita lakukan. Rezeki bisa datang dari siapa saja yang Allah kehendaki untuk diberikan kepada kita. Tak perlu risau masalah keuangan. Kalau kita selalu bersyukur, sekecil apa pun uang yang didapatkan, pasti akan merasa cukup.

Kalau ngikuti gaya hidup dan ambisi yang terlalu, maka uang sebanyak apa pun pasti akan merasa kurang karena tidak pernah merasa puas. Bedakan kebutuhan dan keinginan. Dahulukan yang dibutuhkan, jangan mengutamakan yang diinginkan. Hidup kamu nggak cuma memenuhi keinginan, karena akan banyak kebutuhan yang harus kamu penuhi. So, manfaatkan keuangan sebaik mungkin. [IDM]

1 Response to "Jika yang Sederhana Lebih Baik, Mengapa Harus Memaksa Untuk Terlihat Wah?"